Rumah Tangga di Bawah Naungan Cinta

Bagi mereka istri-istri yang disucikan dan kami memasukkan mereka (ke bawah) naungan yang meneduh" (An-Nisa: 57). Sungguh indah apa yang Allah gambarkan dalam ayat Alquran di atas. Itu adalah sebuah kenikmatan yang patut kita syukuri. Naungan itu bisa dibilang termasuk kenikmatan surga. Bukankah, setiap manusia menyukai berteduh di bawah sebuah naungan agar terbebas dari sengatan matahari di musim panas dan dinginnya air saat musim hujan?
Dalam bahasa yang puitis, Dr. Akram Ridha, penulis buku Rahasia Keluarga Romantis menuliskan, "Di rumah-rumah kita, bersemilah pohon-pohon cinta yang menaungi rumah-rumah itu. Di sebagian rumah, pohon-pohon itu tumbuh segar, ranting-rantingnya memanjang dan daun-daunnya menghijau, hingga naungannya melebar teduh. Itulah rumah yang hidup di bawah naungan cinta."
Ya! Setiap pasangan pastinya ingin membangun rumah tangga di bawah naungan cinta tersebut. Dialah rumah tangga yang di dalamnya tidak pernah kehabisan tabungan cinta. Selalu ada cara untuk mengekspresikan cinta, bahkan menambah kedalaman artinya. Karena para penghuninya itu mampu menciptakan samudra cinta yang luas tanpa batas.
Lalu, fondasi dasar seperti apa yang patut kita bangun untuk menciptakan rumah tangga di bawah naungan cinta tersebut?
Fondasi dasar
Kondisi rumah tangga di bawah naungan cinta, tentu sangat meneduhkan siapa pun penghuninya. Hal ini tentu berbeda dengan rumah tangga tanpa naungan rasa cinta. Kondisinya, tentu akan gersang, pohon-pohon cinta itu mengering, ranting-rantingnya patah, daun-daunnya berguguran dan fungsi naungannya pun menghilang.
Untuk itu, sejak awal tiap suami-istri harus sadar betul bahwa pohon-pohon rumah tangga itu senantiasa membutuhkan pengairan terus menerus yang mengantarkan dan membantunya dapat hidup serta berkembang. Tepatnya, setiap pasangan suami-istri hendaknya memahami sarana-sarana apa saja yang membuat pohon-pohon itu tetap segar dan ceria dengan kerindangan yang dimilikinya. Selain itu, ia pun harus mengerti pula sebab-sebab mengapa pohon-pohon cinta itu menjadi kering sehingga ia tidak kehilangan indahnya naungan pohon cinta tersebut.
Terkait usaha membangun rumah tangga di bawah naungan cinta, jauh-jauh hari ajaran Islam telah memberikan petuahnya bahwa untuk menggapai kondisi rumah tangga dalam naungan cinta, hubungan suami-istri tersebut harus dibangun di atas dua fondasi dasar asas membangun rumah tangga.
Pertama, asas rabbani, yaitu asas yang terkait dengan hukum-hukum Allah, perintah dan larangan-Nya. Batas-batas Allah itulah yang harus menjadi fondasi awal bagi suami-istri dalam membangun rumah tangga. Melalui aplikasi perilaku tersebut, tatanan rumah tangga di bawah naungan pohon cinta itu dapat kita raih.
Kedua, asas insani. Dalam Alquran, asas insani ini diungkapkan dengan istilah al-ma`ruf (kebaikan). Terkait dengan ini, Dr. Akram Ridha menyebutnya dengan nilai-nilai keadilan dan ihsan (berbuat kebaikan). Inilah yang merupakan fondasi syariat Islam. Artinya, hubungan suami-istri di dalam kehidupan keluarga dan masyarakat dibangun di atas fondasi "saling memberikan hak", yang berputar di orbit keadilan (hak-hak hukum) dan orbit ihsan (hak-hak agamis yang menyadarkan pada kekuatan `batin agamis` yang ada di setiap orang).
Oleh karena itu, hak-hak agamis dalam keluarga itu tidak mungkin dibatasi atau diatur, melainkan dengan napas takwa. Kondisi tersebut terlihat seperti dalam ungkapan ajaran Islam dalam Alquran, yaitu "Pergaulilah mereka (suami-istri) dengan baik (ma`ruf); hak bagi mereka itu sama seperti kewajiban mereka, dengan (dasar) kebaikan."
Jadi, kebaikan (al-ma`ruf) itu merupakan proses di mana orbit nikmat Allah berupa pernikahan berputar. Ia adalah ketenangan (sakan), cinta kasih (mawaddah), dan sayang (rahmah). Untuk itu, langkah memperindah hubungan suami-istri inilah merupakan sebaik-baik ungkapan syukur atas nikmat tersebut dan sebagai jalan terbaik melanggengkan ikatan pernikahan. Semoga!

http://kotasantri.com/pelangi/keluarga/2010/11/27/rumah-tangga-di-bawah-naungan-cinta

Bengkoknya Tulang Iga Merupakan Keistimewaan Wanita

Apakah seorang wanita merasa tidak enak bila disebut oleh seseorang, seperti suaminya bahwa ia diciptakan dari tulang iga yang bengkok?
Apakah ia merasakan bahwa kebengkokan tulang iga yang diciptakan oleh Allah berasal darinya akan mendeskreditkan dirinya dan mengurangi martabatnya?
Abu Hurairah telah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Saling berpesanlah kalian untuk memperlakukan wanita dengan baik, karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang iga, dan sesungguhnya yang paling bengkok dari tulang iga itu adalah bagian atasnya. Jika engkau bersikeras untuk meluruskannya, niscaya engkau akan mematahkannya; dan jika engkau biarkan, ia akan tetap bengkok. Karenanya, saling berpesanlah kalian berkenaan dengan wanita."
Makna hadits ini tidaklah mengurangi martabat wanita barang sedikitpun dan tidak pula mendiskreditkan eksistensi kemanusiaannya. Bahkan makna hadits ini mengingatkan karakter psikologi penting yang telah difitrahkan dalam diri wanita sejak asal mula kejadiannya. Hadits ini melarang upaya untuk mengubah karakter ini melalui sabdanya yang mengatakan, "Jika engkau bersikeras untuk meluruskannya, niscaya engkau akan mematahkannya."
Permulaan hadits ini dan penghujungnya, kedua-duanya memesankan untuk memperlakukan wanita dengan perlakuan yang baik. Pesan ini justru makin memberikan nilai tambah pada diri objek yang dipesankan dan sekaligus menguatkan penafian kecurigaan adanya kekurangan.
Sebagaimana hal yang bengkok bukanlah suatu kelemahan, demikian pula hal yang lurus pun bukan suatu keistimewaan. Alangkah indahnya ungkapan yang memperumpamakan hakikat ini dengan busur dan anak panah. Busur memang harus bengkok dan anak panah harus lurus. Seandainya tidak ada kebengkokan pada busur, tentulah anak panah tidak dapat melesat kuat dan lurus ke arah sasaran yang akan dikenainya.
Sesungguhnya semua kata yang menunjukkan makna bengkok dalam bahasa Arab, dalam waktu yang sama menunjukkan pula arti yang mengandung makna perasaan. Kata hadabun artinya punggungnya melengkung dan juga berarti penyayang. Hanna artinya bengkok dan juga sayang dan kasihan. Athfun artinya berlenggak-lenggok saat berjalan dan sebagainya, dan juga berarti pengasih dan penyayang. Demikianlah seterusnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa seandainya tidak ada kebengkokan yang juga mengandung makna kelembutan, kasih sayang, dan perasaan dalam diri wanita, niscaya laki-laki tidak dapat bergerak dengan lurus dalam kehidupan sebagai faktor yang menentukan.
Apakah akan berhasil jika kita mencoba meletakkan busur sebagai ganti dari anak panah pada busur lain untuk kita lepaskan ke arah sasaran? Apakah berhasil jika kita jadikan anak panah yang lurus sebagai busur, lalu kita meletakkannya pada anak panah lain untuk kita lepaskan ke arah sasaran? Jawabannya ialah dua anak panah, kedua-duanya tidak akan dapat mengenai sasarran! Demikian juga dua buah busur, kedua-duanya tidak akan dapat mengenai sasaran pula! Tiada lain untuk mengenai suatu sasaran hanyalah diperlukan sebuah anak panah dan sebuah busur!
Risalah Mukminah, Jangan Teperdaya (Muhammad Rasyid Al-Uwaid)

Agar Tetap Rukun dengan Suami

Ketika menikah suami-istri pengantin baru merasa mereka adalah tim yang kompak. Kalau suami makan mangga, istri yang mengupaskan. Kalau istri menangis, suami yang menampung air mata. Sungguh manis memang kehidupan pengantin baru. Sayangnya, tidak mudah menjalin keselarasan seperti itu, apalagi sampai kakek nenek. Ada saja perbedaan, yang kalau tidak disadari menjadi jurang bagi suami-istri. Bagi istri, agar hubungannya dengan suami tetap akur, paling tidak, terdapat 9 cara yang harus dilakukan, antara lain :
1. Memahami Jika ada Kesulitan
Dalam perkawinan tidak ada yang sempurna, ada saja kesulitan yang timbul karena itu istri diminta memahami ketika kesulitan itu muncul, istri jangan menyalahkan suami, sebaiknya pecahkan kesulitan itu bersama suami.
2. Kritik Dengan Sopan
Kritik terhadap suami boleh saja, asal kritik itu membangun. Hanya perlu disampaikan dengan cara yang baik dalam menyampaikan kritik, jangan diikuti dengan emosi, tetapi sampaikan dengan bahasa yang halus dan carikan jalan keluarnya agar suami tidak jadi bingung. Jangan melakukan kritik di depan umum, sebab akan membuat suami malu. Sampaikan kritik saat sedang makan bersama di rumah.
3. Belajar Mandiri
Sebaiknya istri tidak melibatkan orang tuanya dalam urusan keluarganya. Setelah berkeluarga, baik suka dan duka, istri dengan dibantu suami harus mandiri. Sebab campur tangan orang tua kadangkala dapat memperkeruh persoalan rumah tangga.
4. Tunjukkan Kehangatan
Berikan kehangatan dan senyuman ketika suami di rumah, jangan bersikap acuh, cemberut atau uring uringan. Kalau pun ada masalah yang ingin disampaikan pada suami cari waktu yang tepat sampai suami benar-benar santai.
5. Hindari Cemburu Berlebihan
Cemburu boleh saja tetapi jangan berlebih, sebab sifat cemburu yang berlebihan menyebabkan suami merasa dicurigai dan diawasi dalam beraktifitas. Kondisi ini bisa jadi malah menyebabkan suami berbuat yang tidak-tidak. Kalau memang rasa cemburu itu ada, sebaiknya sampaikan saja secara terbuka dengan suami. Tanyakan pada suami apa benar tentang sesuatu yang sedang anda cemburui itu? Dengan cara seperti ini suami menjadi tahu duduk persoalannya. Jadi ketika masalahnya tidak benar, maka suami bisa menjelaskan yang sebenarnya.
6. Berikan Pujian
Memberikan pujian pada suami terkadang dianggap sepele, padahal pujian mampu membuat suami bangga. Kkebanggaan itu membuat suami semakin akrab, mesra dan bergairah pada istri. Berilah pujian, hanya ucapkan pujian itu secukupnya, tidak berlebihan. Sebab yang berlebihan malah akan membuat suami tidak enak.
7. Penuhi Kebutuhan
Suami mempunyai kebutuhan dan kesukaan, kebutuhan dan kesukaan orang berbeda satu dengan yang lain. Kalau suami si A misalnya, sukanya buah mangga belum tentu suami si B suka seperti itu. Cobalah menemukan dan memenuhi kebutuhan dan kesukaannya itu. Memang istri tidak akan dapat memenuhi semuanya, tetapi dengan mencoba sedikit demi sedikit maka lama-lama istri akan mengetahuinya. Perhatian istri terhadapnya membuat suami bahagia.
8. Hindari Sifat Manja
Seandainya si istri sebelum berkeluarga sangat dimanjakan oleh orang tua, hal itu jangan dibawa-bawa ke dalam perkawinan, sebab sifat manja memungkinkan istri menuntut ini dan itu pada suami. Jika suami bisa memahaminya tidak jadi soal. Tetapi jika tidak, tentu akan mengganggu keharmonisan.
9. Jangan Menggurui
Hindari sifat menggurui terhadap suami, sebab siapapun pada dasarnya tidak suka digurui. Kalau pun istri lebih tahu dalam sesuatu hal misalnya, sampaikan dengan cara baik-baik sehingga tidak terkesan menggurui suami. Jika sesuatu disampaikan dengan baik tentu suami akan memahaminya.

http://kotasantri.com/pelangi/keluarga/2011/01/01/agar-tetap-rukun-dengan-suami

Wanita, Mutiara yang Terpelihara

Wahai saudariku, Allah telah memuliakanmu dan mengangkat tinggi kedudukanmu, Ia menginginkan dirimu terpelihara dan terjaga dari tangan-tangan jahat yang ingin menjerumuskanmu ke lembah kehinaan dan memanfaatkan kelemahanmu, oleh karena itu, Ia menetapkan hukum dan peraturan yang dapat menjamin jati dirimu sebagai seorang wanita, karena engkau bukanlah laki-laki dan laki-laki juga bukanlah dirimu. Allah SWT berfirman, "… dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan." (QS. 3 : 36).
Allah memang menghendaki menciptakan ciptaan-Nya terdiri dari jenis laki-laki dan wanita, Ia berfirman, "Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah." (QS. 51 : 49).
Keduanya diciptakan Allah dengan sifat dan karakter yang berbeda untuk saling melengkapi satu sama lain bukan saling berhadapan dan bersaing dalam kehidupan, wilayah peranmu berbeda dengan saudara kandungmu itu, semua itu Allah lakukan semata-mata demi menjadikanmu manusia yang terhormat, berwibawa, dan mulia.
Wahai saudariku, aku ingin mengajakmu merenungkan beberapa hukum yang Ia syari'atkan untukmu demi memelihara kemuliaan jatidirimu sebagai wanita.
Pertama, Allah menghalalkan kepadamu memperhias diri dengan perhiasan dari emas dan sutera murni yang Ia haramkan bagi kaum laki-laki, Rasulullah bersabda, "Kedua perhiasan ini (emas dan sutera murni) diharamkan bagi laki-laki dan dihalalkan bagi wanita." (HR. Ibnu Majah dari Ali bin Abi Thalib). Ia halalkan semua ini untukmu demi menjaga kecantikanmu dan sifatmu yang lembut.
Kedua, sebaliknya, Allah mengharamkan segala sesuatu yang dapat menghilangkan sifat kewanitaanmu yang halus dan lembut itu baik dalam berpakaian, bertingkah, dan perilaku yang menyerupai laki-laki, demikian juga laki-laki diharamkan menyerupai wanita dalam pakaian, gerak, dan tingkah laku, karena hal itu tidak sesuai dengan jiwa dan tabiatnya. Rasulullah bersabda, "Allah melaknati laki-laki memakai pakaian wanita dan wanita memakai pakaian laki-laki." (HR. Abu Daud dari Abu Hurairah).
Ketiga, Allah melindungi kelemahanmu dan menempatkanmu selalu dalam naungan laki-laki, Ia tidak menuntutmu mencari penghidupan untuk memenuhi kebutuhanmu atau kebutuhan orang lain, tetapi kaum laki-lakilah yang Ia wajibkan memenuhi semua kebutuhan hidupmu, karena Ia tak ingin engkau bergulat dalam kehidupan demi sesuap nasi agar engkau tak terhina. Jika engkau seorang gadis, ayahmu dan saudara laki-lakimulah yang memenuhi kebutuhanmu. Jika engkau seorang ibu, anakmu yang laki-laki yang dituntut menjamin kebutuhan hidupmu. Dan jika engkau seorang istri, suamimu yang harus bertanggung jawab atas semua kebutuhanmu. Lalu jika tak ada seorangpun di antara mereka yang menjamin kebutuhan hidupmu, maka Allah mewajibkan kepada pemerintah memenuhi semua hajat hidupmu yang asasi.
Keempat, Allah memerintahkan kepadamu menjaga pandanganmu terhadap lawan jenismu agar syetan tidak menjerumuskanmu ke dalam kubangan yang hina. Allah berfirman, "Katakanlah kepada wanita yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangan mereka." (QS. 24 : 31).
Kelima, Allah memerintahkan kepadamu menjaga tubuhmu dari pelecehan tangan-tangan jahil dan penghinaan mata-mata yang usil dengan membalutnya dengan pakain mulia kecuali muka dan telapak tanganmu. Allah berfirman, "… dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka." (QS. 24 : 31).
Keenam, Allah memerintahkan kepadamu tidak menampakkan perhiasanmu yang tersembunyi seperti rambut, leher, betis, dan lengan tanganmu kecuali kepada suamimu, dan orang-orang yang termasuk mahram bagimu. Allah berfirman, "… dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita." (QS. 24 : 31).
Ketujuh, Allah memerintahkan kepadamu berjalan dengan santai dan berbicara dengan nada rendah sehingga engkau nampak berwibawa dan terhormat. Allah berfirman, "… Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan." (QS. 24 : 31).
"… Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya." (QS. 33 : 32).
Kedelapan, Allah memerintahkan kepadamu menghindari segala sesuatu yang dapat menarik perhatian kaum laki-laki kepada dirimu dan tergoda dengan penampilanmu dengan mengikuti perilaku kaum jahiliyah pertama atau kaum jahiliyah abad ini. Rasulullah bersabda, "Wanita yang memakai parfum lalu keluar dari rumahnya agar orang-orang mencium aromanya adalah pezina." (HR. Abu Daud).
Kesembilan, Allah melarangmu berduaan dengan laki-laki selain suami dan mahrammu agar syetan tidak menjatuhkanmu ke jurang kehinaan. Rasulullah bersabda, "Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita dan janganlah pula ia pergi kecuali didampingi mahramnya." (HR. Muttafaqun'alaih).
Saudariku, jika engkau renungkan semua perintah Allah ini dengan hati nurani yang jernih dan jujur, maka engkau akan mendapatkan bahwa Allah sungguh telah menempatkan dirimu bagaikan intan mutiara yang tersimpan di tempat yang terjaga yang tidak boleh dijamah oleh tangan orang yang di hatinya ada penyakit, engkau adalah makhluk mulia dan terhormat di dalam Islam.

http://kotasantri.com/pelangi/muslimah/2011/01/20/wanita-mutiara-yang-terpelihara

Mendidik Anak

Benarlah kata Pak Salim A. Fillah di Tabligh Akbar UNDIP, kira-kira sebulan lalu, bahwa usia 2-7 tahun adalah masa paling sensitive seorang anak terhadap kata-kata. Pada fase ini, sangat terlarang menipu, dusta, dan mengakali anak.

“ah, tidak mungkin saya menipu anak sendiri..”
mungkin itu yang terlintas dalam pikiran anda. Saat itu saya juga berfikir demikian, namun contoh kecil yang diberikan Pak Salim cukup membuat saya tersipu. Kecil saja. Yaitu menyelinap ketika keluar rumah, agar anak tidak menangisi kepergian kita. Ya, saya pernah melakukannya. Tenang, bukan dengan anak sendiri tentunya, karna saya masih single, walaupun tidak available untuk saat ini..:). Dalam kasus ini, keponakan atau sepupu kecil saya yang kerap jadi korban.

Tugas utama orang tua pada fase ini, adalah memberi pengertian pada anak. Meskipun ia tampak tidak mengerti, sebenarnya saat itu ia sedang mencatat baik-baik. Pada awalnya si anak kemungkinan besar akan menangis. Dan jangan takut ketika anak menangis. Seharusnya anda merasa lega, karena anak anda bereaksi normal. Selanjutnya, Insya Allah ia akan paham. Dan tugas kedua kita adalah bersabar hingga ia paham.

Dalam hal perkataan, Beberapa kalimat terlarang yang kerap diucapkan orang tua diantaranya adalah
  1. Kalimat vonis
Contohnya adalah “Tuh kan,,ibu bilang juga apa,,”
Yang no.1 ini, saya juga sering melakukannya,, dalam kasus ini, tentunya kata ‘ibu’ diganti ‘aku’, karena sekali lagi,,saya masih single. Adik-adik saya yang kerap kali jadi korban, karena jarak umur kami yang cukup jauh.
Kalimat-kalimat seperti ini akan membuat anak terbiasa merasa bersalah. Bersabarlah dalam menahan lisan kita agar tidak mengeluarkan kata-kata merasa benar dan merasa menang. Mengajak dan membantu mereka untuk langsung bertanggungjawab tentunya jauh lebih baik.

2. Kalimat mengkambinghitamkan sesuatu
Ketika anak kita tersandung batu, maka spontan kita akan mengatakan, “cup,,cup,,jangan nangis,,dasar batunya nakal,,”.
Ah, apa masalahnya kalimat tersebut,,?toh si batu juga ga akan komplen disalah-salahin..

Boleh saja Anda tidak merasa bersalah, tapi kelak ketika si anak beranjak dewasa, jangan salahkan batu untuk kedua kalinya atas sikap anak anda yang selalu menyalahkan orang lain, menghindari masalah dan tidak mau mengevaluasi diri.
Untuk yang no.2 ini, saya korbannya. Dulu, sebelum mengenal Allah dengan baik dan benar, seringkali ketika ditimpa masalah, saya langsung membuat list orang-orang yang bertanggung jawab atas kejadian buruk yang saya alami, dan menyiapkan rencana balas dendam terbaik.
Yang terakhir barusan, saya rasa sinetron juga ikut bertanggung jawab, karena waktu kecil tontonan saya adalah sinetron yang isinya orang-orang jahat yang hobbinya balas dendam. Tuh kan,,belum-belum saya udah nyalahin sesuatu lagi,,:D.

Alhamdulillah Allah memberi saya kemudahan untuk mengalihkan  kelakuan buruk saya ini jadi bakat. Keahlian saya mencari-cari kesalahan orang lain sangat pas untuk posisi litbang, yang tugas utamanya adalah evaluasi. Hehehe,,
Tapi tetep,,don’t try those at your child ya,,:D
Memberi kalimat solusi tentunya lebih tepat, misalnya, “lain kali lebih hati-hati ya,,”dengan penuh senyum tentunya,,

3. Kalimat sok menegarkan
“ga papa, jangan nangis,,”
Kalimat ini akan membuat anak untuk terbiasa tidak jujur terhadap perasaannya, dan menjadikan ia sosok kaku, tidak peka terhadap perasaan orang lain. Walaupun biasanya sosok seperti ini digemari banyak perempuan, (cool getoo,,) namun akan sangat tragis jika kelak ketika kita tua,, mengeluh akan tubuh renta kita, maka anak kita hanya menanggapi dengan, “ga papa bu, ga usah banyak mengeluh, toh apa yang ibu alami umum dialami orang tua yang lain. Tandanya ibu sudah harus memperbanyak ibadah..”sengak, tanpa empati, dan menyebalkan bukan,,?
dalam suatu training kemuslimahan, salah seorang sahabat memberi solusi. Kenalkan anak pada kalimat empati,,”sakit ya nak,,?kita obatin yuk,,”

4. Kalimat (terlalu) khawatir
“nanti jatuh loh,,,”
Pernah denger lagunya Bang Haji yang judulnya “keramat”..?ya, itulah kata-kata seorang ibu. Keramat. Sekali terucap, maka kemungkinan yang diucapkan akan terjadi adalah diatas 90%. Jadi, jika kalimat yang diatas terucap, maka 90% kemungkinanya anak anda akan jatuh beneran, dan biasanya kalau sudah begitu, maka akan terucap kalimat no.1. yang saya paparkan di awal.

Berkata baik atau diam, itu solusi langsung dari Rasulullah, yang saya rasa paling tepat untuk kasus ini. Dalam contoh kekinian, pak salim menceritakan potret indah ketika ia mendapati putrinya yang kanak-kanak telah memanjat sampai bagian paling atas pagar. Pak Salim, sebagaimana ayah yang lain, Khawatir luar biasa ketika putrinya sedang berada dalam ketinggian yang tidak biasa. SubhanAllah, Maha Suci Allah yang menggiring lisan beliau untuk mengucap kata-kata terbaik dalam mengungkapkan kekhawatirannya. Alih-alih mengucapkan, “adek, turun sekarang juga, nanti jatuh loh,,”beliau berkata, “Ayo nak, kamu sudah sukses naik keatas, sekarang sukseskan dirimu untuk turun kebawah!”
:D

Memang, untuk urusan semacam ini, saya harus mengaku kalah dengan ikhwan, yang seringkali lebih jenius dalam menahan emosi,,kalau saya yang ada dalam posisi seperti itu,,pasti sudah ribut tulung-tulung,,

Potret lain yang diceritakan pak salim ketika itu, adalah ketika Rasulullah SAW sedang sujud, kemudian cucu beliau husein, menaiki punggungnya. Rasulullah membiarkan, sampai Husein puas bermain, baru kemudian melanjutkan sholat. Disini, terbukti sifat kasih sayang dan penyabar beliau. Namun ternyata kisah ini tidak selesai sampai disini. Ketika dewasa, husein mendapatkan gelar ahli sujud. Dan yang membuat husein begitu menyukai sujud adalah, karena sejak kecil ia sudah punya mindset bahwa sujud itu menyenangkan dan mengasyikkan, bisa di buat kuda-kudaan,,:)

Potret tersebut pula yang melatarbelakangi saya membagi artikel ini. Tadi, ketika saya agak kesulitan  tadabbur karna suara tv yang cukup keras, saya membaca arti ayat qur’an dengan bersuara, tidak dalam hati seperti biasa. Saat itu juga Allah mengingatkan saya akan memori masa kecil saya, saat kakek saya sering membaca Qur’an berikut artinya dengan suara jahr, setiap selesai sholat lima waktu. Ternyata sejak kecil telinga saya sudah dibiasakan tadabbur, walaupun kadang saya mendengarkanya sambil bermain. Saat itu, saya memang belum paham apa yang dibacakan kakek, tapi otak saya merekam baik-baik. Saya baru saja menemukan jawaban, kenapa kadang tadabbur saya rasakan seperti reuni terhadap ayat-ayat Allah, padahal membiasakan membaca Qur’an dengan tadabbur belum lama saya lakukan. Dan semoga kecintaan terhadap ayat-ayat Allah yang diwariskan kakek bisa istiqomah saya jaga, hingga akhirnya saya wariskan ke generasi yang saya lahirkan kelak,,
Aamiin Ya Rabb,,

_Just share dari FB seorang teman... _

Bersahabat Harmonis Dengan Al-Qur'an

Jika seseorang berada di persimpangan jalan, dia pasti akan memilih salah satu di antara kedua jalan tersebut. Akan tetapi, katakan saja, karena pendatang atau orang asing, dia tidak punya petunjuk jalan yang harus dia tempuh agar mencapai tujuan. Dalam kondisi seperti itu, dia memerlukan informasi yang menunjukkan jalan yang harus dia tempuh, yaitu dari orang yang mengetahui jalan tersebut; pemerintah setempat.
Ketika dia menoleh ke sebelah kiri, terlihatlah jalan yang penuh dengan daya tarik yang sangat menggiurkan. Dia pun tergoda untuk mangambil jalan tersebut. Akan tetapi, setelah dia melihat informasi resmi dari pamerintah setempat di papan pengumuman, ternyata jalan tersebut tidak akan membawanya ke tujuan.
Sementara itu, jalan arah kanan terlihat menanjak dan terjal, namun menurut informasi di papan pengumuman, jalan itulah yang menuju tujuannya.
Sesulit dan sebahaya apapun jalan sebelah kanan, tidak membuat orang itu ragu untuk melewatinya karena jalan itulah yang akan membawanya sampai ke tujuan. Dia akan berhati-hati ketika berjalan agar tidak terpelest atau jatuh. Ketika terasa letih, dia akan berusaha menaklukannya dengan terus membayangkan tujuan akhir dari perjalanannya tersebut.
Sebaiknya, jika dia memilih jalan sebelah kiri yang dihiasi pemandangan indah, awalnya dia tidak merasa letih, namun di akhir perjalanan, dia akan menyesal karena telah memilih jalan yang salah. Jika masih ada kesempatan untuk kembali, pasti dia akan berusaha untuk kembali ke tempat semula, namun jika tidak ada, dia akan menyesal selamanya.
Setiap orang, sejak zaman dahulu sampai sekarang, memiliki keinginan yang sama, yaitu ingin bahagia, sehat, teman yang setia, kedudukan yang terhormat, harta yang berlimpah, dan keinginan lainnya. Untuk meraih keinginan tersebut, Allah memberikan kemampuan yang berbeda. Namun, karena perbedaan inilah, muncullah persaingan yang terkadang membuat orang lemah tertindas dan orang kuat semakin congkak.
Orang-orang yang memiliki rasa tanggung jawab, berupaya membuat aturan yang dapat dipatuhi semua pihak demi tercapainya kehidupan yang harmonis dan teratur. Akan tetapi, manusia tetaplah manusia dengan segala atribut keterbatasannya, aturan yang dibuatnya pun teramat terbatas.
Di samping tidak mungkin bisa diterapkan kepada semua pihak dengan latar belakang dan budaya yang berbeda, aturan tersebut tidak mungkin bisa bertahan sepanjang waktu. Ketika aturan produk makhluk serba terbatas itu diterapkan secara paksa kepada pihak tertentu, bukan saja menolak, mereka bahkan tidak mustahil akan memeranginya.
Melihat kenyataan ini, seorang hamba berceloteh, “Aturan yang saya buat sangat sulit dipraktikkan terhadap diri saya sendiri. Lalu, apakah mungkin aturan ini dapat diterapkan pada orang lain? Aturan yang disusun di keluarga saya sering dilanggar oleh anggota keluarga saya sendiri, apakah mungkin aturan tersebut dapat diterapkan di keluarga lain? Kalau begitu, aturan mana yang mesti dijadikan pegangan oleh setiap insan?”
Undang-undang suatu negara sering dilanggar oleh rakyatnya sendiri sejak undang-undang itu diterapkan karena para penyusunnya pun terkadang tidak mampu mematuhinya. Lalu, apakah patut kita mengatakan bahwa undang-undang tersebut bisa diterapkan di seluruh ruang dan waktu? Jika undang-undang di negeri kita ini saja disikapi berbeda oleh rakyatnya, undang-undang di negara lain pun tidak akan jauh berbeda.
Jika kenyataannya demikian, masihkah ada pihak yang mengklaim bahwa aturan produk manusia bisa diterapkan untuk semua pihak dan dipertahakan untuk setiap masa?
Kembalilah kepada Al Quran! Karena dustur ilahi tersebut adalah hudan (petunjuk) yang diturunkan oleh Penguasa dan Pencipta semesta alam, Yang Maha Mengetahui semua keperluan makhluknya.
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ
Ya Allah, hamba yakin bahwa, Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada yang mengetahui akan kelemahan semua makhluk selain Engkau. Tiada yang berkuasa mengatasi persoalan seluruh makhluk selain Engkau. Tiada yang mengetahui akan keperluan hamba selain Engkau. Tiada aturan yang patut dijadikan pegangan bagi semua manusia selain aturan-Mu.
Ya Allah, hamba menyadari bahwa keimanan hamba belum berwujud amal karena hamba masih sering melanggar atruran-Mu. Ini adalah semata-mata karena kotornya diri hamba.
سُبْحَانَكَ
Ya Allah, ketika hamba malanggar aturan-Mu, hamba yakin, Engkau selalu melihat semua perilaku hamba. Ya Allah, sungguh hamba tidak bermaksud mempermainkan-Mu apalagi menaentang-Mu, namun hal itu terjadi semata-mata karena kelalaian.
Ya Allah, sungguh hamba termasuk orang yang zhalim.
نِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ
K epada siapa, ya Allah, hamba memohon perlindungan akibat kezhalimanini jika bukan kepada Engkau. Karena itu, kini hamba akan berupaya untuk menerima aturan-Mu sebagaimana mestinya. Berilah hamba kemudahan untuk menerima Al Qur`an sebagaimana mestinya

Tanda Tanda Kehamilan

Mungkin sudah banyak dari rekan rekan-rekan yang tahu apa itu hamil/mengandung, namun tidak sedikit pula yang tidak tahu atau kurang paham tentang tanda tanda kehamilan. Yang saya maksudkan dengan tanda tanda kehamilan disini yaitu apa apa saja yang dialami seorang wanita saat hamil atau menjelang akan hamil.
Untuk mengatakan seorang wanita itu hamil, maka perlu dilakukan kajian terlebih dahulu terhadap data subyektif dan obyektif yang ditemukan pada wanita tersebut. Data subyektif artinya segala sesuatu yang dirasakan atau dialami oleh wanita yang sedang hamil atau sering disebut dengan gejala kehamilan sedangkan data obyektif adalah segala hal yang bisa diamati oleh orang lain pada diri seorang wanita yang sedang hamil atau sering diistilahkan dengan tanda kehamilan. Tanda kehamilan sendiri dibagi lagi menjadi tanda kehamilan tidak pasti dan tanda kehamilan pasti.
Gejala Kehamilan Tidak Pasti:
* Tidak haid adalah gejala pertama yang dirasakan oleh seorang wanita yang menyadari kalau dirinya sedang hamil. Penting untuk dicatat tanggal hari pertama haid terakhir guna menentukan usia kehamilan dan memperkirakan tanggal kelahiran. Rumus sederhana menentukan tanggal kelahiran yaitu tanggal ditambah 7 sedangkan bulan dikurangi 3, dihitung dari tanggal pertama haid terakhir.
* Mual dengan diikuti muntah ataupun tidak sering terjadi pada bulan bulan pertama kehamilan.
* Mengidam atau menginginkan sesuatu baik itu makanan, minuman atau hal hal yang lain.
* Gangguan buang air besar karena pengaruh hormonal.
* Sering kencing terutama bila kehamilan sudah besar.
* Kadang kadang wanita hamil bisa pingsan di keramaian terutama pada bulan bulan awal kehamilan.
* Tidak ada nafsu makan, mungkin ada hubungannya dengan mual mual diatas.
Tanda Kehamilan Tidak Pasti:
* Perubahan warna kulit menjadi lebih gelap dari sebelumnya yang kira kira terjadi diatas minggu ke 12 kehamilan.
* Keputihan atau keluarnya cairan berlebihan dari vagina karena pengaruh hormonal.
* Gusi bengkak terutama pada bulan bulan pertama kehamilan.
* Perubahan payudara menjadi lebih tegang dan membesar.
* Pembesaran perut terutama tampak jelas setelah kehamilan 14 minggu.
* Tes kehamilan memberikan hasil positif.
Tanda Pasti Kehamilan:
* Pada perabaan di bagian perut dirasakan adanya janin serta gerak janin.
* Bila didengarkan menggunakan alat Doppler maka akan terdengar detak jantung janin.
* Pada pemeriksaan USG dilihat gambaran janin.
* Pada pemeriksaan rontgen terlihat gambaran rangka janin.
Barangkali rekan rekan masih bingung, mengapa disebut gejala atau tanda kehamilan tidak pasti, hal tersebut karena pada wanita yang mempunyai gejala atau tanda tanda kehamilan tidak pasti diatas masih ada kemungkinan mengalami kelainan lain yang memberikan gejala atau tanda yang sama. Misalnya pada wanita dengan pseudosiesis (wanita yang sangat menginginkan hamil) maka gejala gejala hamil diatas juga akan ia rasakan, walau sebenarnya wanita tersebut tidak hamil.

Lima Poin Pendidikan Anak Dalam Islam

Bunda, apakah ilmumu hari ini? Sudahkah kau siapkan dirimu untuk masa depan anak-anakmu? Bunda, apakah kau sudah menyediakan tahta untuk tempat kembali anakmu? Di negeri yang Sebenarnya. Di Negeri Abadi? Bunda, mari kita mengukir masa depan anak-anak kita. Bunda, mari persiapkan diri kita untuk itu.
Hal pertama Bunda, tahukah dikau bahwa kesuksesan adalah cita-cita yang panjang dengan titik akhir di Negeri Abadi? Belumlah sukses jika anakmu menyandang gelar atau jabatan yang tertinggi, atau mengumpulkan kekayaan terbanyak. Belum Bunda, bahkan sebenarnya itu semua tak sepenting nilai ketaqwaan. Mungkin itu semua hanyalah jalan menuju ke Kesuksesan Sejati. Atau bahkan, bisa jadi, itu semua malah menjadi penghalang Kesuksesan Sejati.
Gusti Allah Yang Maha Mencipta Berkata dalam KitabNya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS 3:185)

Begitulah Bunda, hidup ini hanya kesenangan yang menipu, maka janganlah tertipu dengan tolok ukur yang semu. Pancangkanlah cita-cita untuk anak-anakmu di Negeri Abadi, ajarkanlah mereka tentang cita-cita ini. Bolehlah mereka memiliki beragam cita-cita dunia, namun janganlah sampai ada yang tak mau punya cita-cita Akhirat.
Kedua, setelah memancangkan cita-cita untuk anak-anakmu, maka cobalah memulai memahami anak-anakmu. Ada dua hal yang perlu kau amati:
Pertama, amati sifat-sifat khasnya masing-masing. Tidak ada dua manusia yang sama serupa seluruhnya. Tiap manusia unik. Pahami keunikan masing-masing, dan hormati keunikan pemberian Allah SWT.
Yang kedua, Bunda, fahami di tahap apa saat ini si anak berada. Allah SWT mengkodratkan segala sesuatu sesuai tahapan atau prosesnya.
Anak-anak yang merupakan amanah pada kita ini, juga dibesarkan dengan tahapan-tahapan.
Tahapan sebelum kelahirannya merupakan alam arwah. Di tahap ini kita mulai mendidiknya dengan kita sendiri menjalankan ibadah, amal ketaatan pada Allah dan juga dengan selalu menjaga hati dan badan kita secara prima. Itulah kebaikan-kebaikan dan pendidikan pertama kita pada buah hati kita.
Pendidikan anak dalam Islam, menurut Sahabat Ali bin Abitahalib ra, dapat dibagi menjadi 3 tahapan/ penggolongan usia:
  1. Tahap BERMAIN (“la-ibuhum”/ajaklah mereka bermain), dari lahir sampai kira-kira 7 tahun.
  2. Tahap PENANAMAN DISIPLIN (“addibuhum”/ajarilah mereka adab) dari kira-kira 7 tahun sampai 14 tahun.
  3. Tahap KEMITRAAN (“roofiquhum”/jadikanlah mereka sebagai sahabat) kira-kira mulai 14 tahun ke atas.
Ketiga tahapan pendidikan ini mempunyai karakteristik pendekatan yang berbeda sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat. Begitulah kita coba memperlakukan mereka sesuai dengan sifat-sifatnya dan tahapan hidupnya.
Hal ketiga adalah memilih metode pendidikan. Setidaknya, dalam buku dua orang pemikir Islam, yaitu Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) dan Abdullah Nasih ’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam), ada lima Metode Pendidikan dalam Islam.
Yang pertama adalah melalui Keteladanan atau Qudwah, yang kedua adalah dengan Pembiasaan atau Aadah, yang ketiga adalah melalui Pemberian Nasehat atau Mau’izhoh, yang keempat dengan melaksanakan Mekanisme Kontrol atau Mulahazhoh, sedangkan yang terakhir dan merupakan pengaman hasil pendidikan adalah Metode Pendidikan melalui Sistem sangsi atau Uqubah.
Bunda, jangan tinggalkan satu-pun dari ke lima metode tersebut, meskipun yang terpenting adalah Keteladanan (sebagai metode yang paling efektif).
Setelah bicara Metode, ke empat adalah Isi Pendidikan itu sendiri. Hal-hal apa saja yang perlu kita berikan kepada mereka, sebagai amanah dari Allah SWT.
Setidak-tidaknya ada 7 bidang. Ketujuh Bidang Tarbiyah Islamiyah tersebut adalah: (1) Pendidikan Keimanan (2) Pendidikan Akhlaq (3) Pendidikan Fikroh/ Pemikiran (4) Pendidikan Fisik (5) Pendidikan Sosial (6) Pendidikan Kejiwaan/ Kepribadian (7) Pendidikan Kejenisan (sexual education). Hendaknya semua kita pelajari dan ajarkan kepada mereka.
Ke lima, kira-kira gambaran pribadi seperti apakah yang kita harapkan akan muncul pada diri anak-anak kita setelah hal-hal di atas kita lakukan? Mudah-mudahan seperti yang ada dalam sepuluh poin target pendidikan Islam ini:
Selamat aqidahnya, Benar ibadahnya, Kokoh akhlaqnya, Mempunyai kemampuan untuk mempunyai penghasilan, Jernih pemahamannya, Kuat jasmaninya, Dapat melawan hawa nafsunya sendiri, Teratur urusan-urusannya, Dapat menjaga waktu, Berguna bagi orang lain.
Insya Allah, Dia Akan Mengganjar kita dengan pahala terbaik, sesuai jerih payah kita, dan Semoga kita kelak bersama dikumpulkan di Negeri Abadi. Amin. Wallahua’lam, (SAN)

http://www.eramuslim.com/syariah/benteng-terakhir/lima-poin-pendidikan-anak-dalam-islam.htm

Dua Sisi Sifat Manusia

Seorang anak bertanya kepada ayahnya mengapa dia mudah sekali tersinggung,
gampang marah, tdk tenang dan selalu punya prasangka buruk terhadap orang
lain. Dia ingin tahu cara mengubah perangainya. ..

Sang ayah berkata, bahwa dalam diri manusia ada dua "Penjaga". Penjaga putih
dan Penjaga hitam. Penjaga hitam selalu berpikiran negatif, mudah marah dan
selalu punya prasangka buruk. Sedang Penjaga putih selalu berpikiran
positif, baik hati, dan suka hidup damai. Setiap hari kedua penjaga ini
selalu berkelahi dalam hati manusia.

Lalu siapakah yang menang? tanya si anak.
Yang menang adalah yg setiap hari kau beri makan, kata sang ayah.
Sebuah contoh, saat ujian tiba, penjaga putih akan menyuruh kamu belajar
dengan tekun tetapi sebaliknya penjaga hitam akan menyuruh kamu untuk
menyontek teman sebelah kamu. Anak tersebut mengangguk-angguk mendengarkan
nasehat ayahnya.

"Diri kita adalah apa yang kita pikirkan. Kita akan menjadi seperti apa yang
kita pikirkan tentang diri kita. Mengapa pikiran itu begitu besar
pengaruhnya? . Ternyata pikiran-pikiran yg kita masukkan dalam diri kita akan
mempengaruhi perilaku kita sehari-hari, prilaku akan membentuk sifat, sifat
akan membentuk kebiasaan dan kebiasaanlah yang akan menentukan nasib kita".

Memang nasib manusia berada dan ditentukan oleh Tuhan, tetapi manusia juga
mempunyai pilihan untuk menentukan nasibnya sebelum hal itu terjadi. Karena
Tuhan tidak akan merubah nasib umat-Nya kalau manusia itu sendiri tidak mau
merubahnya.

Jadi mulai saat ini masukkanlah pikiran-pikiran positif yang bermanfaat
dalam diri kita, buanglah jauh-jauh rasa iri hati, dendam, benci dan pikiran
negatif lainnya yang bisa merugikan kita. Janganlah kita memberi makan
kepada "penjaga hitam" yang ada dalam diri kita.

Setiap pagi setelah bangun tidur dan sebelum memulai aktifitas, ucaplah
syukur dan mohon kepada Tuhan agar "Dia" selalu memberikan jalan terang bagi
kita, membimbing kita kepada hal-hal yang baik. Karena percayalah bahwa
setiap langkah yang kita ambil atas ijin-NYA, maka akan membuahkan hasil
yang baik.

Ingatlah bahwa : "Jika kita menanam anggur, tidak mungkin kita menuai duri".

Sifat manusia berdasarkan urutan lahir

Pernahkah anda membayangkan bahwa urutan lahir dari rahim orang tua anda mempengaruhi sifat dan kepribadian anda? Percaya atau tidak, semua tergantung pribadi masing-masing. berikut ini pengenalan sifat dan karakter seseorang menurut urutan lahir.
1. Anak pertama, memiliki otak yang lumayan cerdas, mandiri, cenderung memiliki sifat bijaksana, mempunyai rasa memiliki, kadang perhatian kadang nggak, suka menolong keluarga sedangkan sisi negatif anak pertama cenderung memiliki rasa sayang kepada orangtua kurang.
2. Anak kedua,sayang terhadap orangtua, perhatian, tegas, ramah, sedangkan sisi negatifnya anak kedua sangat emosian, mementingkan diri sendiri, tertutup,
3. Anak ketiga / bungsu, memiliki otak yang lumayan cerdas, ramah, berfikir kritis, pendiam, sedangkan sisi negatifnya anak ketiga cenderung emosian, kurang tegas,
4. Anak keempat / bungsu, sangat aktif, manja, perhatian, sedangkan sisi negatifnya anak bungsu sangat egois dan mementingkan diri sendiri.
sekali lagi semua tergantung masing-masing pribadi menanggapinya.

13 Sifat Perempuan Yang Tidak Disukai Laki-Laki

Salah satu Pusat Kajian di Eropa telah mengadakan survai seputar 20 sifat perempuan yang paling tidak disukai laki-laki. Survai ini diikuti oleh dua ribu (2000) peserta laki-laki dari beragam umur, beragam wawasan dan beragam tingkat pendidikan. Dari gambaran survai ini, diharapkan menjadi masukan dan pertimbangan sikap para istri dan juga sikap para suami. Sekaligus menjawab pertanyaan para istri selama ini, perihal sebab mengapa para suami mereka lari dari rumah. Survai itu menguatkan bahwa ada 13 sifat atau tipe perempuan yang tidak disukai laki-laki:
Pertama, perempuan yang kelaki-lakian, “mustarjalah”
Perempuan tipe ini menempati urutan pertama dari sifat yang paling tidak disukai laki-laki. Padahal banyak perempuan terpandang berkeyakinan bahwa laki-laki mencintai perempuan “yang memiliki sifat perkasa”. Namun survai itu justru sebaliknya, bahwa para peserta survai dari kalangan laki-laki menguatkan bahwa perempuan seperti ini telah hilang sifat kewanitannya secara fitrah. Mereka menilai bahwa perangai itu tidak asli milik perempuan. Seperti sifat penunjukan diri lebih kuat secara fisik, sebagaimana mereka menyaingi laki-laki dalam berbagai bidang kerja, terutama bidang yang semestinya hanya untuk laki-laki… Mereka bersuara lantang menuntut haknya dalam dunia kepemimpinan dan jabatan tinggi! Sebagian besar pemuda yang ikut serta dalam survai ini mengaku tidak suka berhubungan dengan tipe perempuan seperti ini.
Kedua, perempuan yang tidak bisa menahan lisannya “Tsartsarah”
Tipe perempuan ini menempati urutan kedua dari sifat yang tidak disukai laki-laki, karena perempuan yang banyak omong dan tidak memberi kesempatan orang lain untuk berbicara, menyampaikan pendapatnya, umumnya lebih banyak memaksa dan egois. Karena itu kehidupan rumah tangga terancam tidak bisa bertahan lebih lama, bahkan berubah menjadi “neraka”.
Ketiga, perempuan materialistis “Maaddiyah”
Adalah tipe perempuan yang orientasi hidupnya hanya kebendaan dan materi. Segala sesuatu dinilai dengan harga dan uang. Tidak suka ada pengganti selain materi, meskipun ia lebih kaya dari suaminya.
Keempat, perempuan pemalas “muhmalah”
Tipe perempuan ini menempati urutan keempat dari sifat perempuan yang tidak disukai laki-laki.
Kelima, perempuan bodoh “ghobiyyah”
Yaitu tipe perempuan yang tidak memiliki pendapat, tidak punya ide dan hanya bersikap pasif.
Keenam, perempuan pembohong “kadzibah”
Tipe perempuan yang tidak bisa dipercaya, suka berbohong, tidak berkata sebenarnya, baik menyangkut masalah serius, besar atau masalah sepele dan remah. Tipe perempuan ini sangat ditakuti laki-laki, karena tidak ada yang bisa dipercaya lagi dari segala sisinya, dan umumnya berkhianat terhadap suaminya.
Ketujuh, perempuan yang mengaku serba hebat “mutabahiyah”
Tipe perempuan ini selalu menyangka dirinya paling pintar, ia lebih hebat dibandingkan dengan lainnya, dibandingkan suaminya, anaknya, di tempat kerjanya, dan kedudukan materi lainnya…
Kedelapan, perempuan sok jagoan, tidak mau kalah dengan suaminya
Tipe perempuan yang selalu menunjukkan kekuatan fisiknya setiap saat.
Kesembilan, perempuan yang iri dengan perempuan lainnya.
Adalah tipe perempuan yang selalu menjelekkan perempuan lain.
Kesepuluh, perempuan murahan “mubtadzilah”
Tipe perempuan pasaran yang mengumbar omongannya, perilakunya, menggadaikan kehormatan dan kepribadiannya di tengah-tengah masyarakat.
Kesebelas, perempuan yang perasa “syadidah hasasiyyah”
Tipe perempuan seperti ini banyak menangis yang mengakibatkan laki-laki terpukul dan terpengaruh semenjak awal. Suami menjadi masyghul dengan sikap cengengnya.
Keduabelas, perempuan pencemburu yang berlebihan “ghayyur gira zaidah”
Sehingga menyebabkan kehidupan suaminya terperangkap dalam perselisihan, persengketaan tak berkesudahan.
Ketigabelas, perempuan fanatis “mumillah”
Model perempuan yang tidak mau menerima perubahan, nasehat dan masukan meskipun itu benar dan ia membutuhkannya. Ia tidak mau menerima perubahan dari suaminya atau anak-anaknya, baik dalam urusan pribadi atau urusan rumah tangganya secara umum. Model seperti ini memiliki kemampuan untuk nerimo dengan satu kata, satu cara, setiap harinya selama tiga puluh tahun, tanpa ada rasa jenuh!
Ketika Laki-Laki Memilih
Dari hasil survai di Eropa itu, dikomparasikan dengan pendapat banyak kalangan dari para pemuda, para suami seputar hasil survai itu, maka bisa kita lihat pendapatnya sebagai berikut:
Sebut saja namanya Muhammad Yunus (36) tahun, menikah semenjak sebelas tahun, ia berkomentar:
“Saya sepakat dengan hasil survai itu. Terutama sifat “banyak omong dan malas”. Tidak ada sifat yang lebih jelek dari perilaku mengumbar omongan, tidak bisa menahan lisan, siang-malam dalam setiap perbincangan, baik berbincangan serius atau canda, menjadikan suaminya dalam kondisi sempit, dan marah, apalagi suaminya telah menjalankan pekerjaan berat di luar, di mana ia membutuhkan ketenangan dan kejernihan pikiran di rumah.
Saya baru mengetahui dari rekan saya yang memiliki istri model ini, tidak bisa menahan lisannya di setiap pembicaraan, setiap waktu dan dengan semua orang. Suaminya telah menasehatinya berulang kali, agar bisa menahan omongan, namun ia tidak menggubris nasehatnya sehingga berakhir dengan perceraian.
Pada umumnya model istri yang banyak omong, itu lebih pemalas di rumahnya. Bagaimana ia menggunakan waktu yang cukup untuk mengurus rumah tangga dan anak-anaknya, sedangkan ia sibuk ngobrol dengan para tetangga dan teman?!.
Jamil Abdul Hadi, sebut saja namanya begitu, insinyur berumur 34 tahun, menikah semenjak 9 tahun, ia berkomentar:
“Tidak ada yang lebih buruk dari model perempuan yang materialistis, selalu menuntut setiap saat, meskipun suaminya menuruti permintaannya, ia terus meminta dan menuntut!!
Tipe perempuan ini, sayangnya tidak mudah menerima perubahan menuju lebih baik, tidak gampang menyesuaikan diri dalam kehidupan apa adanya. Boleh jadi kondisi demikian berangkat dari asuhan semenjak kecilnya. Saya tidak diuji Allah dengan model perempuan seperti ini, namun justru saya diuji dengan istri perasa dan cengeng.
Dengan tertawa Mahmud as Sayyid menerima hasil survai ini, ia berkomentar:
“Demi Allah, sungguh menarik ada lembaga atau Pusat Study yang menggelar survai dengan pembahasan seputar ini. Survai ini meskipun memiki cara pandang dan penilaian yang berbeda-beda, namun terungkap bahwa cara pandang itu satu sama lain tidak saling bertentangan…”
Lain lagi dengan Mahmud, sebut saja begitu. Belum menikah, mahasiswa di universitas. Ia berujar tentang mimpinya, yaitu istri yang akan mendampinginya, ia mengharap:
“Pasti saya menginginkan tidak mendapatkan istri yang memiliki tipe sebagaimana hasil survai di atas. Tetapi mengingat tidak ada istri yang “sempurna”, karena itu saya masih mungkin menerima tipe perempuan di atas kecuali tipe perempuan pembohong. Istri pembohong akan lebih mudah mengkhianati, tidak menghormati hubungan suami-istri, tidak memelihara amanah, tidak bisa dipercaya. Setiap orang pada umumnya tidak menyenangi sifat bohong, baik laki-laki maupun perempuan itu sendiri. Karena akan berdampak negative pada anak-anaknya, karena anak-anak akan meniru dirinya!!.
Ketika ia ditanya tentang tipe perempuan “kelaki-lakian”. Perempuan yang menyerupai laki-laki dalam segala hal dan menyanginya dalam segala hal. Ia berkomentar:
“Tidak masalah berhubungan dengan istri tipe seperti ini, selagi sifat “kelaki-lakian” tidak mengalahkan dan mengibiri sifat aslinya. Selagi ia masih mengemban kerja dan tugas yang sesuai dengan tabiat perempuan, seperti nikah, mengandung, menyusui dan lainnya.”
“Perempuan “kuat” menurut saya akan mengetahui bagaimana ia mengurus kebutuhan dirinya, mengarahkan dan mengatur keluarga dan anak-anaknya. Akan tetapi segala sesuatu ada batasnya yang tidak boleh diterjangnya. Sebagaimana seorang perempuan tidak suka terhadap laki-laki yang “banci”, seperti berbicara dan berperilaku layaknya perempuan. Sebagaimana juga laki-laki tidak suka terhadap perempuan yang mengedepankan sifat kelaki-lakian… segala sesuatu ada batas ma’kulnya. Jika melampaui batas sewajarnya, yang terjadi adalah dampak negatif.
Tidak ada seorang istri yang “sempurna”. Dan memang ada berbedaan cara penilaian dan cara pandang antara laki-laki satu dengan laki-laki lain. Namun ada kaidah umum yang disepakati oleh samua. Yaitu menolak sikap bohong, penipu, sebagaimana yang disebutkan sebelumnya.”
Semoga tulisan ini menambah informasi dan pengalaman buat para istri dan calon istri. Dan tentunya bermanfaat bagi laki-laki, sehingga para suami mampu bermu’asyarah bilma’ruf atau berhubungan dengan istri-istrinya dengan cara makruf, sebagaimana yang digariskan dalam Al qur’an. Allah swt. berfirman:
“Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” Al Nisa’:19
Dan karena perempuan adalah “syaqaiqur rijal” saudara kembar laki-laki, belahan hidup laku-laki yang seharusnya saling mengisi dan menyempurnakan, untuk membangun “baiti jannati” sehingga keduanya mampu bersinergi untuk mewujudkan cita-cita bersama dalam pengembaraan kehidupan ini. Allahu a’lam

13 Penawar Racun Kemaksiatan

Disadur secara ringkas dari buku 13 Penawar Racun kemaksiatan (terjemahan dari kitab Sabiilun najah min syu’mil ma’shiyyah) karangan Muhammad bin Abdullah Ad-Duwaisy, terbitan Darul Haq, Jakarta.
Berikut ini ada beberapa terapi mujarab untuk menawar racun kemaksiatan.
1. Anggaplah besar dosamu
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu berkata, ”Orang beriman melihat dosa-dosanya seolah-olah ia duduk di bawah gunung, ia takut gunung tersebut menimpanya. Sementara orang yang fajir (suka berbuat dosa) dosanya seperti lalat yang lewat di atas hidungnya.”
2. Janganlah meremehkan dosa
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Janganlah kamu meremehkan dosa, seperti kaum yang singgah di perut lembah. Lalu seseorang datang membawa ranting dan seorang lainnya lagi datang membawa ranting sehingga mereka dapat menanak roti mereka. Kapan saja orang yang melakukan suatu dosa menganggap remeh suatu dosa, maka itu akan membinasakannya.” (HR. Ahmad dengan sanad yang hasan)
3. Janganlah mujaharah (menceritakan dosa)
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Semua umatku dimaafkan kecuali mujahirun (orang yang berterus terang). Termasuk mujaharah ialah seseorang yang melakukan suatu amal (keburukan) pada malam hari kemudian pada pagi harinya ia membeberkannya, padahal Allah telah menutupinya, ia berkata, ‘Wahai fulan, tadi malam aku telah melakukan demikian dan demikian’. Pada maalm hari Tuhannya telah menutupi kesalahannya tetapi pada pagi harinya ia membuka tabir Allah yang menutupinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Taubat nasuha yang tulus
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Allah lebih bergembira dengan taubat hamba-Nya tatkala bertaubat daripada seorang di antara kamu yang berada di atas kendaraannya di padang pasir yang tandus. Kemudian kendaraan itu hilang darinya, padahal di atas kendaraan itu terdapat makanan dan minumannya. Ia sedih kehilangan hal itu, lalu ia menuju pohon dan tidur di bawah naungannya dalam keaadaan bersedih terhadap kendaraannya. Saat ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba kendaraannya muncul di dekatnya, lalu ia mengambil tali kendalinya. Kemudian ia berkata, karena sangat bergembira, ‘Ya Allah Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu’. Ia salah ucap karena sangat bergembira”. (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Jika dosa berulang, maka ulangilah bertaubat
Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu berkata, ”Sebaik-baik kalian adalah setiap orang yang diuji (dengan dosa) lagi bertaubat.” ditanyakan, ‘Jika ia mengulangi lagi?’ Ia menjawab, ‘Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.’ Ditanyakan, ‘Jika ia kembali berbuat dosa?’ Ia menjawab, ‘Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.’ Ditanyakan, ‘Sampai kapan?’ Dia menjawab, ‘Sampai setan berputus asa.”’
6. Jauhi faktor-faktor penyebab kemaksiatan
Orang yang bertaubat harus menjauhi situasi dan kondisi yang biasa ia temui pada saat melakukan kemaksiatan serta menjauh darinya secara keseluruhan dan sibuk dengan selainnya.
7. Senantiasa beristighfar
Saat-saat beristighfar:
a. Ketika melakukan dosa
b. Setelah melakukan ketaatan
c. Dalam dzikir-dzikir rutin harian
d. Senantiasa beristighfar setiap saat
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam beristighfar kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali (dalam hadits lain 100 kali).
8. Apakah anda berjanji kepada Allah untuk meninggalkan kemaksiatan?
Tidak ada bedanya antara orang yang berjanji kepada Allah (berupa nadzar atas tebusan dosa yang dilakukannya) dengan orang yang tidak melakukannya. Karena yang menyebabkan dirinya terjerumus ke dalam kemksiatan tidak lain hanyalah karena panggilan syahwat (hawa nafsu) lebih mendominasi dirinya daripada panggilan iman. Janji tersebut tidak dapat melakukan apa-apa dan tidak berguna.
9. Melakukan kebajikan setelah keburukan
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda,
”Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebajikan maka kebajikan itu akan menghapus keburukan tersebut, serta perlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi. Tirmidzi menilai hadits ini hasan shahih))
10. Merealisasikan tauhid
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda,
”Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Barangsiapa yang melakukan kebajikan, maka ia mendapatkan pahala sepuluh kebajikan dan Aku tambah dan barangsiapa yang melakukan keburukan keburukan, maka balasannya satu keburukan yang sama, atau diampuni dosanya. Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta dan barangsiapa yang mendekat kepada-ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa; barangsiapa yang datang kepada-ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari. Barangsiapa yang menemui-Ku dengan dosa sepenuh bumi tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, maka Aku menemuinya dengan maghfirah yang sama.” (HR. Muslim dan Ahmad)
11. Jangan berpisah dengan orang-orang yang baik
a. Persahabatan dengan orang-orang baik adalah amal shalih
b. Mencintai orang-orang shalih menyebabkan sesorang bersama mereka, walaupun ia tidak mencapai kedudukan mereka dalam amal
c. Manusia itu ada 3 golongan
i. Golongan yang membawa dirinya dengan kendali takwa dan mencegahnya dari kemaksiatan. Inilah golongan terbaik.
ii. Golongan yang melakukan kemaksiatan dalam keadaan takut dan menyesal. Ia merasa dirinya berada dalam bahaya yang besar, dan ia berharapa suatu hari dapat berpisah dari kemaksiatan tersebut.
iii. Golongan yang mencari kemaksiatan, bergembira dengannya dan menyesal karena kehilangan hal itu.
d. Penyesalan dan penderitaan karena melakukan kemaksiatan hanya dapat dipetik dari persahabatan yang baik
e. Tidak ada alasan untuk berpisah dengan orang-orang yang baik
12. Jangan tinggalkan da’wah
Said bin Jubair berkata, ”Sekiranya sesorang tidak boleh menyuruh kebajikan dan mencegah dari kemungkaran sehingga tidak ada dalam dirinya sesuatu (kesalahanpun), maka tidak ada seorangpun yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran.” Imam malik berkomentar, ”Ia benar. Siapakah yang pada dirinya tidak ada sesuatupun (kesalahan).”
13. Jangan cela orang lain karena perbuatan dosanya
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam menceritakan kepada para shahabat bahwasanya seseorang berkata, ”Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan.” Allah swt berkata, ”Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak mengampuni si fulan? Sesungguhnya Aku telah mengampuni dosanya dan Aku telah menghapus amalmu.” (HR. Muslim).

Cara menasehati orang yang terang-terangan melakukan kemaksiatan

Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Sepucuk surat berasal dari Kuwait, dikirim oleh seseorang yang mengeluhkan saudaranya, ia menyebutkan bahwa saudaranya itu melakukan kemaksiatan dan telah sering dinasehati, tapi malah semakin terang-terangan. Pengirim surat mengharap bimbingan mengenai masalah ini.

Jawaban
Kewajiban sesama muslim adalah saling menasehati, saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, dan saling berwasiat dengan kebenaran dan kesabaran, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaNya." [Al-Ma'idah : 2]

Dan ayat,

“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran." [Al-'Ashr : l-3]

Serta sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia,

“Agama adalah nasehat." Ditanyakan kepada beliau, "Kepada siapa ya Rasulullah?" beliau jawab, "Kepada Allah, kitabNya, RasulNya, pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin lainnya."[1]

Kedua ayat dan hadits mulia ini menunjukkan wajibnya saling menasehati dan saling tolong menolong dalan kebaikan serta saling berwasiat dengan kebenaran. Jika seorang muslim melihat saudaranya tengah malas melaksanakan apa yang telah diwajibkan Allah atasnya, maka ia wajib menasehatinya dan mengajaknya kepada kebaikan serta mencegahnya dari kemungkaran sehingga masyarakatnya menjadi baik semua, lalu kebaikan akan tampak sementara keburukan akan sirna, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar." [At-Taubah : 71]

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pun telah bersabda

"Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika tidak bisa maka dengan lisannya, dan jika tidak bisa juga maka dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman."[2]

Maka anda, penanya, selama anda menasehatinya dan mengarahkannya kepada kebaikan, namun ia malah semakin menampakkan kemaksiatan, maka hendaknya anda menjauhinya dan tidak lagi bergaul dengannya. Di samping itu, hendaknya anda mendorong orang lain yang lebih berpengaruh dan lebih dihormati oleh orang tersebut, untuk turut menasehatinya dan mengajaknya ke jalan Allah. Mudah-mudahan dengan begitu Allah memberikan manfaat. Jika anda mendapati bahwa penjauhan anda itu malah semakin memperburuk dan anda memandang bahwa tetap menjalin hubungan dengannya itu lebih bermanfaat baginya untuk perkara agamanya, atau lebih sedikit keburukannya, maka jangan anda jauhi, karena penjauhan ini dimaksudkan sebagai terapi, yaitu sebagai obatnya. Tapi jika itu tidak berguna dan malah semakin memperparah penyakitnya, maka hendaknya anda melakukan yang lebih maslahat, yaitu tetap berhubungan dengannya dan terus menerus menasehatinya, mengajaknya kepada kebaikan dan mencegahnya dari keburukan, tapi tidak menjadikannya sebagai kawan atau teman dekat. Mudah-mudahan Allah memberikan manfaat dengan itu. Inilah cara yang paling baik dalam kasus semacam ini yang berasal dari ucapan para ahli ilmu.

[Majmu' Fatawa wa Maqalat Mutanawwi'ah, juz 5, hal. 343-344, Syaikh ibnu Baz]

APA YANG DIMAKSUD DENGAN HIKMAH?

Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apa yang dimaksud dengan hikmah? Dan bagaimana seorang muslim bisa menyandangnya?

Jawaban
Hikmah adalah keselarasan dalam bersikap dan menetapkan. Kesalahan bersikap berarti bertolak belakang dengan hikmah. Karena itu, sebagian dai yang berdakwah tanpa hikmah, ketika melihat seseorang yang dinilainya mungkar, ia akan menjelekkannya dan meneriakinya. Contohnya: Ketika melihat seseorang masuk masjid lalu langsung duduk tanpa shalat tahiyyatul masjid lebih dulu, ia akan meneriakinya. Demikian yang tanpa hikmah. Tapi yang dengan hikmah, tidak akan begitu. la akan menjelaskannya kepada orang tersebut dan menguraikan haditsnya. Demikian juga yang dilakukan dalam perkara-perkara yang wajib dan yang haram serta lainnya.

Dan begitu pula dalam sikap-sikap khusus yang berhubungan dengan manusia, seperti dalam bidang keuangan, harus pula dengan hikmah. Berapa banyak orang yang boros dan berhutang hanya untuk hal-hal yang tidak penting dan tidak mendesak.

PENJELASAN AYAT (TIADALAH ORANG YANG SESAT ITU AKAN MEMBERI MUDHARAT KEPADAMU APABILA KAMU TELAH MENDAPAT PETUNJUK)


Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin


Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya  Ketika dikatakan kepada seseorang, "Kenapa anda tidak merubah kemungkaran ini?" atau "Kenapa anda tidak menasehati keluarga anda untuk meninggalkan kemungkaran ini?" lalu orang tersebut menyebutkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

"Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk." [Al-Ma'idah : 105]

Bagaimana jawaban Syaikh?

Jawaban
Ayat ini adalah ayat muhkamah, ayat ini tidak dihapus hukumnya, namun orang yang berdalih dengan ayat ini telah salah faham. Dalam ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan

"Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk." [Al-Ma'idah: 105]

Di antara petunjuk itu adalah menyuruh manusia berbuat baik dan mencegah kemungkaran sesuai kesanggupan. Jika meninggalkan amar ma'ruf nahi mungkar tidak disebut telah berpetunjuk, karena jika telah tampak kemungkaran pada suatu kaum lalu ia tidak berusaha merubahnya, maka dikhawatirkan Allah akan menimpakan siksaan secara umum yang menimpa semua orang (yang baik dan yang buruk).

70 Dosa Besar dalam Islam

Beberapa dosa besar atau kaba'ir dalam Islam adalah sebagai berikut: 1. Menyekutukan Allah atau Syirik
2. Membunuh Manusia
3. Melakukan Sihir
4. Meninggalkan Shalat

5. Tidak Mengeluarkan Zakat

6. Tidak Berpuasa ketika bulan Ramadhan tanpa alasan yang kuat

7. Tidak Mengerjakan Haji Walaupun Berkecukupan

8. Durhaka Kepada Ibu Bapa

9. Memutuskan Silaturahim

10. Berzina

11. Melakukan Sodomi atau Homoseksual

12. Memakan Riba

13. Memakan Harta Anak Yatim

14. Mendustakan Allah S.W.T dan Rasul-Nya

15. Lari dari Medan Perang
16. Pemimpin Yang Penipu dan Kejam
17. Sombong

18. Saksi Palsu

19. Meminum minuman beralkohol

20. Berjudi

21. Menuduh orang baik melakukan Zina

22. Menipu harta rampasan Perang

23. Mencuri

24. Merampok

25. Sumpah Palsu

26. Berlaku Zalim

27. Pemungut cukai yang Zalim

28. Makan dari harta yang Haram

29. Bunuh Diri

30. Berbohong

31. Hakim yang Tidak adil

32. Memberi dan menerima sogok

33. Wanita yang menyerupai Lelaki dan sebaliknya juga

34. Membiarkan istri, anaknya atau anggota keluarganya yang lain berbuat mesum dan memfasilitasi anggota keluarganya tersebut untuk berbuat mesum

35. Menikahi wanita yang telah bercerai agar wanita tersebut nantinya bisa kembali menikah dengan suaminya terdahulu

36. Tidak melindungi pakaian dan tubuhnya dari terkena hadas kecil seperti air kencing atau kotoran

37. Riya atau suka pamer

38. Ulama yang memiliki ilmu namun tidak mau mengamalkan ilmunya tersebut untuk orang lain

39. Berkhianat

40. Mengungkit-Ungkit Pemberian

41. Mangingkari Takdir Allah SWT

42. Mencari-cari Kesalahan Orang lain

43. Menyebarkan Fitnah

44. Mengutuk Umat Islam

45. Mengingkari Janji

46. Percaya Kepada Sihir dan Nujum

47. Durhaka kepada Suami

48. Membuat patung

49. Menamparkan pipi dan meratap jika terkena bala

50. Menggangu Orang lain

51. Berbuat Zalim terhadap yg lemah

52. Menggangu Tetangga

53. Menyakiti dan Memaki Orang Islam

54. Derhaka kepada Hamba Allah S.W.T dan menggangap dirinya baik

55. Memakai pakaian labuhkan Pakaian

56. Lelaki yang memakai Sutera dan Emas
57. Seorang hamba (budak) yang lari dari Tuannya
58. Sembelihan Untuk Selain Dari Allah S.W.T

59. Seorang yang mengaku bahwa seseorang itu adalah ayahnya namun dia tahu bahwa itu tidak benar

60. Berdebat dan Bermusuhan

61. Enggan Memberikan Kelebihan Air

62. Mengurangi Timbangan

63. Merasa Aman Dari Kemurkaan Allah S.W.T

64. Putus Asa Dari Rahmat Allah S.W.T

65. Meninggalkan Sholat Berjemaah tanpa alasan yang kuat

66. Meninggalkan Sholat Jumaat tanpa alasan yang kuat

67. Merebut hak warisan yang bukan miliknya

68. Menipu

69. Mengintip Rahasia dan Membuka Rahasia Orang Lain

70. Mencela Nabi dan Para Sahabat Beliau


Mengenal Tanda-Tanda Datangnya Kematian

DATANGNYA ajal atau kematian, hanya Tuhanlah yang tahu. Dan jika ajal sudah tiba, tidak akan bisa ditunda. Dan manusia tidak bisa menghindar dari kematian. Demikian pula kelahiran, hanya Tuhan yang bisa menentukan waktunya. Manusia hanya bisa berusaha, ketentuan ada pada Tuhan. Meskipun ketentuan ada pada Tuhan, manusia tetap harus berusaha, sekuat tenaga. Jika ternyata mentok, barulah itu namanya ketentuan Tuhan.
Dokter sering memperkirakan sisa umur pasien yang dirawatnya. Misalnya diperkirakan hanya tinggal dua tahun, satu tahun, atau bahkan tinggal satu bulan. Perkiraan itu berdasar pada diagnosa penyakit pasiennya, kondisi tubuhnya dan hal-hal lain yang bisa diterima secara ilmiah. Meskipun begitu, dokter tidak bisa menentukan dengan pasti kapan hari H dan jamnya. Itupun masih ada kemungkinan meleset.
Demikian pula saat bayi lahir, yang perhitungannya ilmiah, juga tidak bisa dengan pasti menentukan kapan hari H dan jamnya. Hanya kira-kira kurang seminggu, kurang lima hari dan sebagainya.
Tidak ketinggalan ada pula perkiraan kapan datangnya ajal berdasarkan tanda-tanda yang tercantum dalam primbon. Tanda-tanda tersebut hanya bisa dirasakan oleh yang bersangkutan. Tetapi primbon juga tidak berani menentukan hari H dan jamnya. Tidak berani mendahului ketentuan Yang Maha Esa. Hanya berani memperkiraan kurang berapa tahun, bulan atau hari. Seperti misalnya yang terdapat dalam primbon Betaljemur Adammakna.
Seseorang yang sering merasa capai menjalani kehidupan, atau bosan melihat keadaan dunia, dan sering mimpi bepergian ke utara, merupakan tanda ajalnya kurang 3 tahun.
Jika merasa rindu pada orang yang sudah meninggal, dan sering mimpi membangun rumah, itu tanda ajalnya kurang 2 tahun. Kalau sering melihat hal-hal yang tidak kelihatan, itu jadi tanda kalau ajalnya kurang 1 tahun.
Apabila sering mendengar suara yang tidak pernah terdengar seperti misalnya mendengar bisik-bisik jin dan setan, kemudian mendengar binatang berbicara, itu tanda umurnya tinggal 6 bulan lagi.
Sedang kalau sering mencium bau mahluk halus, yang baunya seperti menyan dibakar, tanda hidupnya hanya tinggal 3 bulan. Atau sering melihat sesuatu berbeda dengan aslinya. Misalnya melihat air, sepertinya warnanya merah, api berwarna hitam, itu pertanda hidupnya hanya tinggal 2 bulan.
Kalau melihat pergelangan tangan sendiri putus, tanda ajalnya kurang 1 bulan. Kalau melihat wajahnya sendiri, umurnya hanya tinggal setengah bulan.
Tanda-tanda berikutnya meskipun tidak secara ilmiah, tetapi bisa diterima dengan akal.
Yaitu kalau sudah tidak perduli pada keadaan sekitar, tidak mau makan dan tidak mau tidur, hanya tinggal kurang beberapa hari lagi. Kalau sudah tidak bisa apa-apa kemudian mengeluarkan tinja tahun dan tinja kalong, atau cacing kalung, itu tanda hidupnya tinggal 3 hari.
Kalau semua lubang dalam tubuhnya merasa mengeluarkan angin, dan kadang ada rasa kasihan pada diri sendiri, tandanya sisa hidupnya tinggal 2 hari.
Sedang kalau semua urat pada pergelengan kaki terasa kendor, dan sekujur tubuh mengeluarkan keringat sampai basah kuyup, seperti kecapaian, tanda hidupnya hanya tinggal 1 hari.
Kalau saat kulitnya diraba tidak lagi terasa gemerisik, dan denyut nadi di tangan sudah tidak ada, telinga sudah tidak berbunyi, itu tandanya sudah saatnya meninggal dunia.

Kematian Yang Indah

Semua orang pasti suatu saat akan mati, entah bagaimana caranya atau seperti apa matinya. Dan setiap orang pasti akan merasakan kematian, walaupun arti “merasakan” itu tidak sama dengan yang dipersepsi oleh orang yang hidup. Kematian adalah salah satu bagian dari kehidupan yang pasti dijalani, sama seperti kelahiran. Bedanya adalah yang pertama menandai akhir dari suatu kehidupan sedangkan yang terakhir menandai awal dari suatu kehidupan. Kelahiran dan kematian bisa diandaikan seperti ujung dari seutas tali yang bernama kehidupan, berbeda titik tetapi terentang sepanjang usia. Dan di tengahnya itulah kehidupan yang ada dan berada.
Kematian adalah suatu misteri. Banyak yang tidak tahu seperti apa dunia sesudah kematian. Tapi banyak juga yang percaya bahwa ada “kehidupan lain”setelah kematian. Banyak juga yang percaya bahwa kematian adalah akhir dari segalanya dan akhir dari eksistensi seseorang, dan setelah itu yang ada adalah ketiadaan. Banyak juga yang percaya bahwa kematian adalah awal dari suatu kehidupan baru dalam suatu bentuk siklus. Apapun kepercayaan yang dianut, tak ada seorang pun yang tahu seperti apa situasi dan kondisi sesudah kematian. Banyak yang mengandaikannya sebagai suatu kondisi “ketiadaan”, bahwa sebuah kematian adalah awal dari suatu ketiadaan, bertentangan dengan kelahiran yang dianggap sebagai awal dari suatu ketiadaan. Materialistik ? Memang benar, tetapi setidaknya itu yang sampai saat ini kita ketahui dengan “common sense” kita sebagai manusia. Dan sisanya adalah kepercayaan.

Bagi orang-orang tertentu, kematian haruslah dihadapi dengan suatu persiapan agar bisa memasuki suatu dunia lain dengan damai. Kematian, bagi mereka, adalah suatu istirahat terakhir dalam damai. Itulah mungkin di batu nisan orang yang telah mati dituliskan “Rest in Peace”, disingkat RIP. Bahwa kematian adalah suatu peristirahatan menuju kedamaian. Damai adalah kelanjutan dan padanan dari mati, karena kematian akan menuju kedamaian. Dan kedamaian adalah dambaan setiap orang, yang jika tidak ditemukan di dunia orang hidup, mungkin bisa ditemukan di “dunia” orang mati.
Orang yang telah mati juga dikatakan “telah meninggal dengan tenang”. Tentunya semua berkeyakinan, walaupun kadang tidak tahu karena bersifat sangat subyektif, bahwa orang yang akan mati “pasti” akan mati dengan tenang. Tidak pernah dikatakan “telah meninggal dengan terburu-buru” atau “telah meninggal dengan marah”, karena ketenangan adalah wajah suatu kematian. Dan walaupun orang yang mati telah mati dengan cara yang dan kondisi yang “tidak tenang”, tentunya mereka yang belum mati mengatakan hal yang lain : telah meninggal dengan tenang. Mungkin ada yang ditakutkan. Mungkin juga tidak siap untuk mati, dan mungkin juga berhubungan dengan kepercayaan.
Tetapi, saya yakin walaupun keyakinan saya ini mungkin juga pengambilan kesimpulan relalu dini, bahwa semua orang ingin kematian bisa dijalani melalui cara yang indah. Beradab dan bukan biadab, “terencana” dan bukan “di luar rencana”. Tentunya bagi orang yang akan mati, cara untuk mati itu sangat penting. Sekali lagi, agar dia bisa menghadapinya dengan tenang. Bagi orang lain juga penting. Tetapi yang ini punya banyak alasan. Ada dengan alasan emosi, keluarga, dan bahkan dengan alasan hak asasi manusia. Tetapi saya yakin, sekali lagi dengan penarikan kesimpulan dini yang sama, bahwa setiap orang didunia ini pasti ingin mati dengan indah, terhormat dan beradab. Caranya bisa berbeda-beda tiap orang. Juga kategori mati dengan cara yang tidak indah, tidak terhormat dan tidak beradab.
Lalu apakah yang terjadi jika kematian tidak terjadi dengan cara yang indah, terhormat, dan beradab ? Sebetulnya tidak terjadi apa-apa. Tetapi bagi orang yang lain, kematian model demikian akan meninggalkan masalah. Masalah bagi perasaan, terutama. Seperti ada sesuatu yang mengganjal. Dan pertanyaannya biasanya : mengapa harus seperti ini ?
Tetapi itulah yang terjadi. Setiap orang bisa merencanakan setiap detail dalam kehidupannya. Mungkin karena dia jagoan dalam hal perencanaan atau jagoan meramal. Tetapi orang tidak akan pernah bisa merencanakan dan meramal kapan dia akan mati dan seperti apa kematian yang harus dilakoninya itu. Semua serba misteri, sama dengan misteri sesudah mati.
Dan kematian, dalam kepercayaan sebagian orang, adalah awal dari suatu kehidupan. Kehidupan setelah mati yang diyakini akan damai dan penuh dengan ketenangan. Seperti suatu kutipan kalimat yang saya sudah lupa didapatkan dari mana, tetapi berbunyi :
when life ends, the mistery of life begins
Logiskah hal itu ? Tentu saja tidak. Tetapi bukan logika yang dipakai disitu, tetapi hal yang lain. Apakah itu ? Banyak istilahnya, hati, perasaan, emosi, batin, jiwa, dan hal-hal lain diluar penalaran manusia dalam dikotomi logis-tidak logis. Logis-tidak logia itu urusan lain, tetapi untuk cara kematian, saya yakin dengan pengambilan kesimpulan dini yang sama, bahwa semua orang akan memilih cara mati yang indah, terhormat, dan beradab. Tidak perlu pakai logika-nirlogika disitu.

Kematian


Kematian  juga  dikemukakan  oleh  Al-Quran  dalam   konteks
menguraikan  nikmat-nikmat-Nya  kepada  manusia. Dalam surat
Al-Baqarah (2): 28 Allah mempertanyakan  kepada  orang-orang
kafir.
 
     "Bagaimana kamu mengingkari (Allah) sedang kamu
     tadinya mati, kemudian dihidupkan (oleh-Nya),
     kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya
     kembali, kemudian kamu dikembalikan kepada-Nya."
 
Nikmat yang diakibatkan  oleh  kematian,  bukan  saja  dalam
kehidupan   ukhrawi   nanti,  tetapi  juga  dalam  kehidupan
duniawi, karena tidak dapat  dibayangkan  bagaimana  keadaan
dunia kita yang terbatas arealnya ini, jika seandainya semua
manusia hidup terus-menerus tanpa mengalami kematian.
 
Muhammad Iqbal menegaskan bahwa mustahil  sama  sekali  bagi
makhluk  manusia  yang  mengalami perkembangan jutaan tahun,
untuk  dilemparkan  begitu  saja  bagai  barang  yang  tidak
berharga.  Tetapi itu baru dapat terlaksana apabila ia mampu
menyucikan dirinya secara terus menerus. Penyucian jiwa  itu
dengan  jalan menjauhkan diri dari kekejian dan dosa, dengan
jalan amal saleh. Bukankah Al-Quran menegaskan bahwa,
 
     "Mahasuci Allah Yang di dalam genggaman
     kekuasaan-Nya seluruh kerajaan, dan Dia Mahakuasa
     atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan
     hidup untuk menguji kamu siapakah di antara kamu
     yang paling baik amalnya, dan sesungguhnya Dia
     Mahamulia lagi Maha Pengampun" (QS Al-Mulk [67]:
     1-2).1
 
Demikian  terlihat  bahwa  kematian  dalam  pandangan  Islam
bukanlah  sesuatu  yang  buruk,  karena di samping mendorong
manusia untuk  meningkatkan  pengabdiannya  dalam  kehidupan
dunia  ini,  ia  juga merupakan pintu gerbang untuk memasuki
kebahagiaan abadi, serta mendapatkan keadilan sejati.
 
KEMATIAN HANYA KETIADAAN HIDUP DI DUNIA
 
Ayat-ayat Al-Quran dan hadis Nabi menunjukkan bahwa kematian
bukanlah  ketiadaan  hidup  secara  mutlak, tetapi ia adalah
ketiadaan hidup di dunia,  dalam  arti  bahwa  manusia  yang
meninggal pada hakikatnya masih tetap hidup di alam lain dan
dengan cara yang tidak dapat diketahui sepenuhnya.
 
     "Janganlah kamu menduga bahwa orang-orang yang
     gugur di jalan Allah itu mati, tetapi mereka itu
     hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki" (QS
     Ali-'Imran [3]: 169).
     
     "Janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang
     yang meninggal di jalan Allah bahwa 'mereka itu
     telah mati,' sebenarnya mereka hidup, tetapi kamu
     tidak menyadarinya" (QS Al-Baqarah [2]: 154).
 
Imam Bukhari meriwayatkan melalui sahabat Nabi Al-Bara'  bin
Azib,  bahwa  Rasulullah Saw., bersabda ketika putra beliau,
Ibrahim, meninggal dunia, "Sesungguhnya untuk dia  (Ibrahim)
ada seseorang yang menyusukannya di surga."
 
Sejarawan Ibnu Ishak dan lain-lain meriwayatkan bahwa ketika
orang-orang  musyrik  yang  tewas  dalam  peperangan   Badar
dikuburkan    dalam    satu    perigi    oleh    Nabi    dan
sahabat-sahabatnya, beliau  "bertanya"  kepada  mereka  yang
telah  tewas  itu,  "Wahai  penghuni perigi, wahai Utbah bin
Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Ummayah bin Khalaf; Wahai  Abu
Jahl   bin   Hisyam,  (seterusnya  beliau  menyebutkan  nama
orang-orang yang di dalam perigi itu satu per  satu).  Wahai
penghuni  perigi!  Adakah  kamu  telah  menemukan  apa  yang
dijanjikanTuhanmu itu benar-benar ada? Aku  telah  mendapati
apa yang telah dijanjikan Tuhanku."
 
"Rasul. Mengapa  Anda  berbicara  dengan  orang  yang  sudah
tewas?"  Tanya  para  sahabat.  Rasul menjawab: "Ma antum hi
asma' mimma aqul minhum,  walakinnahum  la  yastathi'una  an
yujibuni  (Kamu  sekalian tidak lebih mendengar dari mereka,
tetapi mereka tidak dapat menjawabku)."2
 
Demikian beberapa teks keagamaan yang dijadikan alasan untuk
membuktikan bahwa kematian bukan kepunahan, tetapi kelahiran
dan kehidupan baru.
 
MENGAPA TAKUT MATI?
 
Di atas telah dikemukakan beberapa faktor  yang  menyebabkan
seseorang merasa cemas dan takut terhadap kematian.
 
Di sini akan dicoba untuk melihat lebih jauh betapa sebagian
dari  faktor-faktor  tersebut  pada  hakikatnya  bukan  pada
tempatnya.
 
Al-Quran  seperti  dikemukakan  berusaha menggambarkan bahwa
hidup di akhirat jauh lebih baik daripada kehidupan dunia.
 
     "Sesungguhnya akhirat itu lebih baik untukmu
     daripada dunia" (QS Al-Dhuha [93]: 4).
 
Musthafa  Al-Kik  menulis  dalam   bukunya   Baina   Alamain
bahwasanya  kematian  yang dialami oleh manusia dapat berupa
kematian mendadak seperti serangan  jantung,  tabrakan,  dan
sebagainya,  dan  dapat  juga merupakan kematian normal yang
terjadi melalui proses  menua  secara  perlahan.  Yang  mati
mendadak  maupun  yang normal, kesemuanya mengalami apa yang
dinamai sakarat al-maut (sekarat)  yakni  semacam  hilangnya
kesadaran yang diikuti oleh lepasnya ruh dan jasad.
 
Dalam  keadaan  mati  mendadak,  sakarat  al-maut  itu hanya
terjadi beberapa saat singkat, yang mengalaminya akan merasa
sangat  sakit  karena  kematian  yang dihadapinya ketika itu
diibaratkan oleh Nabi Saw.- seperti "duri yang berada  dalam
kapas,  dan  yang dicabut dengan keras." Banyak ulama tafsir
menunjuk ayat Wa nazi'at gharqa (Demi malaikat-malaikat yang
mencabut  nyawa  dengan  keras)  (QS  An-Nazi'at  [79]:  1),
sebagai isyarat  kematian  mendadak.  Sedang  lanjutan  ayat
surat     tersebut     yaitu    Wan    nasyithati    nasytha
(malaikat-malaikat yang mencabut ruh  dengan  lemah  lembut)
sebagai   isyarat   kepada   kematian  yang  dialami  secara
perlahan-lahan.3
 
Kematian yang melalui proses lambat itu dan yang  dinyatakan
oleh  ayat  di  atas  sebagai "dicabut dengan lemah lembut,"
sama keadaannya dengan proses yang  dialami  seseorang  pada
saat  kantuk  sampai  dengan  tidur. Surat Al-Zumar (39): 42
yang  dikutip   sebelum   ini   mendukung   pandangan   yang
mempersamakan  mati  dengan tidur. Dalam hadis pun diajarkan
bahwasanya tidur identik dengan kematian. Bukankah doa  yang
diajarkan  Rasulullah  Saw.  untuk  dibaca  pada saat bangun
tidur adalah:
 
     "Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami
     (membangunkan dari tidur) setelah mematikan kami
     (menidurkan). Dan kepada-Nya jua kebangkitan
     (kelak)."
 
Pakar tafsir Fakhruddin Ar-Razi, mengomentari surat Al-Zumar
(39): 42 sebagai berikut:
 
     "Yang pasti adalah tidur dan mati merupakan dua
     hal dari jenis yang sama. Hanya saja kematian
     adalah putusnya hubungan secara sempurna, sedang
     tidur adalah putusnya hubungan tidak sempurna
     dilihat dari beberapa segi."
 
Kalau  demikian.  mati  itu  sendiri  "lezat  dan   nikmat,"
bukankah   tidur   itu   demikian?  Tetapi  tentu  saja  ada
faktor-faktor ekstern yang dapat menjadikan  kematian  lebih
lezat dari tidur atau menjadikannya amat mengerikan melebihi
ngerinya   mimpi-mimpi   buruk   yang    dialami    manusia.
Faktor-faktor  ekstern  tersebut muncul dan diakibatkan oleh
amal manusia yang diperankannya dalam kehidupan dunia ini
 
Nabi Muhammad Saw. dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Imam   Ahmad   menjelaskan   bahwa,  "Seorang  mukmin,  saat
menjelang kematiannya, akan didatangi oleh  malaikat  sambil
menyampaikan  dan  memperlihatkan  kepadanya  apa yang bakal
dialaminya setelah kematian. Ketika itu tidak ada yang lebih
disenanginya  kecuali  bertemu  dengan Tuhan (mati). Berbeda
halnya  dengan  orang  kafir  yang   juga   diperlihatkannya
kepadanya  apa  yang bakal dihadapinya, dan ketika itu tidak
ada sesuatu yang lebih dibencinya  daripada  bertemu  dengan
Tuhan."
 
Dalam surat Fushshilat (41): 30 Allah berfirman,
 
     "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa
     Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan
     pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
     mereka (dengan mengatakan), 'Janganlah kamu merasa
     takut dan jangan pula bersedih, serta
     bergembiralah dengan surga yang dijanjikan Allah
     kepada kamu.'"
 
Turunnya  malaikat  tersebut  menurut  banyak  pakar  tafsir
adalah  ketika  seseorang  yang sikapnya seperti digambarkan
ayat di atas sedang menghadapi  kematian.  Ucapan  malaikat,
"Janganlah  kamu  merasa  takut"  adalah  untuk  menenangkan
mereka menghadapi maut  dan  sesudah  maut,  sedang  "jangan
bersedih"   adalah   untuk  menghilangkan  kesedihan  mereka
menyangkut persoalan dunia yang ditinggalkan  seperti  anak,
istri, harta, atau hutang.
 
Sebaliknya Al-Quran mengisyaratkan bahwa keadaan orang-orang
kafir ketika menghadapi kematian sulit terlukiskan:
 
     "Kalau sekuanya kamu dapat melihat
     malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang
     kafir seraya memukul muka dan belakang mereka
     serta berkata, 'Rasakanlah olehmu siksa neraka
     yang membakar' (niscaya kamu akan merasa sangat
     ngeri)" (QS Al-Anfal [8]: 50)
     
     "Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di
     waktu orang-orang yang zalim berada dalam
     tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para
     malaikat memukul dengan tangannya sambil berkata,
     'Keluarkanlah nyawamu! Di hari ini, kamu dibalas
     dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu
     selalu mengatakan terhadap Allah perkataan yang
     tidak benar, dan karena kamu selalu menyombongkan
     diri terhadap ayat-ayat-Nya" (QS Al-An'am [6]:
     93).
 
Di  sisi  lain,  manusia  dapat  "menghibur"  dirinya  dalam
menghadapi   kematian  dengan  jalan  selalu  mengingat  dan
meyakini bahwa semua manusia pasti akan mati. Tidak  seorang
pun  akan  luput  darinya,  karena  "kematian  adalah risiko
hidup." Bukankah Al-Quran menyatakan bahwa,
 
     "Setiap jiwa akan merasakan kematian?" (QS Ali
     'Imran [3]: 183)
     
     "Kami tidak menganugerahkan hidup abadi untuk
     seorang manusiapun sebelum kamu. Apakah jika kamu
     meninggal dunia mereka akan kekal abadi? (QS
     Al-Anbiya' [21]: 34)
 
Keyakinan  akan  kehadiran  maut  bagi  setiap  jiwa   dapat
membantu meringankan beban musibah kematian. Karena, seperti
diketahui, "semakin banyak yang terlibat dalam  kegembiraan,
semakin   besar   pengaruh   kegembiraan   itu   pada  jiwa;
sebaliknya,  semakin  banyak  yang  tertimpa  atau  terlibat
musibah, semakin ringan musibah itu dipikul."
 
Demikian  Al-Quran  menggambarkan kematian yang akan dialami
oleh manusia taat dan durhaka, dan demikian kitab suci  irõi
menginformasikan   tentang  kematian  yang  dapat  mengantar
seorang mukmin agar  tidak  merasa  khawatir  menghadapinya.
Sementara, yang tidak beriman atau yang durhaka diajak untuk
bersiap-siap menghadapi berbagai ancaman dan siksaan.
 
Semoga kita semua mendapatkan keridhaan Ilahi dan surga-Nya.

Tobat Sebelum Ajal Mendekat

Kematian nggak pernah diketahui datangnya. Setiap orang pasti mati. Tapi semua orang tak pernah tahu kapan kematian menjemputnya. Itu sebabnya, kita kudu siap-siap sebelum datang hari di mana kita harus sudah pergi meninggalkan segala nikmat dunia. Kalo kita perhatiin, ada yang sebelum mati sempat ninggalin pesan tertentu kepada keluarganya. Tapi banyak juga yang pergi ninggalin dunia tanpa pesan. Banyak orang juga yang insya Allah saat ajal mendekat ia masih bisa beramal shalih. Khusnul khatimah alias baik di akhir hidupnya. Namun nggak sedikit yang saat ajal mendekatinya dan benar-benar menjemputnya ia sedang berbuat maksiat. Su’ul khatimah alias buruk di akhir hayatnya Naudzubillahi min dzalik.
Bro en Sis, ajal setiap orang udah ditetapkan waktunya. Udah dijatah sama Allah Swt. batas waktu ‘beredar’ setiap orang di dunia. Jangan lupa juga bahwa hidup kita dunia ini akan diuji, siapa yang terbaik amalnya. Firman Allah Swt. (yang artinya): “Maha Suci Allah Yang di tanganNyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS al-Mulk [67]: 1-2)
Yup, ada ganjaran berupa pahala yang akan diberikan oleh Allah Swt untuk setiap ibadah yang kita lakukan. Begitu pula, Allah Swt. akan memberikan siksa bagi manusia manapun yang telah berbuat dosa dalam kehidupannya (atau bahkan selama hidupnya). Tentu itu adil dong ya. Mereka yang beriman dapat pahala, dan siapa saja yang berbuat maksiat diberikan siksa karena dosa-dosanya. So, emang nggak akan lepas dari pengawasan Allah Ta’ala. Waspadalah!
Terus, gimana kalo kita kadang berbuat maksiat? Ya, Allah Swt. udah ngasih jalan, yakni dengan cara bertobat alias minta ampunan. Setelah bertobat tentu harus ninggalin maksiat yang telah atau biasa dilakukannya sebagai wujud tobat yang sebenarnya-benarnya. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” [QS at-Tahriim [66]: 8]
Kita semua pernah berbuat dosa
Sobat muda muslim, siapa pun orangnya, pasti ia pernah melakukan dosa, kecuali Rasulullah saw. tentunya, karena memang beliau ma’shum (terbebas dari dosa dan kesalahan) dalam penyampaian risalah Allah ini. Itu sebabnya, saya waktu ngaji dulu, ustadz saya sering mengatakan bahwa, “Orang yang bertakwa bukanlah orang yang selalu benar dalam hidupnya. Tapi orang yang bertakwa adalah ketika berbuat dosa, kemudian menyadari dan segera memohon ampunan kepada Allah Swt.”
Rupanya ungkapan ustadz saya itu melumerkan kengototan saya waktu itu, yang menilai bahwa orang yang bertakwa adalah orang yang selalu benar dalam hidupnya. Pernyataan ustadz saya ini juga semakin menumbuhkan keyakinan dalam diri saya bahwa meski kita tak boleh salah dalam hidup ini, bukan berarti kita akan lolos dari kesalahan. Karena yang terpenting adalah menyadari kesalahan tersebut dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi sambil mohon ampunan kepada Allah Swt.
Imam Ibnu Katsir menukil sabda Rasulullah saw.: “Seorang hamba tidak dapat mencapai kedudukan muttaqin kecuali jika dia telah meninggalkan perkara-perkara mubah lantaran khawatir terjerumus ke dalam dosa” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Boys and gals, menurut hadis ini, yang mubah saja bila perlu dihindari karena khawatir terjerumus dalam dosa, apalagi yang sudah jelas haram. Iya nggak sih? Oya, dalam keterangan lain, orang yang bertakwa adalah orang yang mampu menjaga dan membentengi diri. Ibnu Abbas ra. mengatakan bahwa muttaqin adalah orang-orang yang berhati-hati dan menjauhi syirik serta taat kepada Allah. Sedangkan Imam Hasan Bashri mengatakan bahwa bertakwa berarti takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah Swt. dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah Swt.. Berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Sedangkan Ibnu Mu’tazz melukiskan sikap yang mesti ditempuh seorang muslim agar mencapai derajat muttaqin dengan kata-kata sebagai berikut: “Tinggalkan semua dosa kecil maupun besar. Itulah takwa. Dan berbuatlah seperti orang yang berjalan di tanah yang penuh duri, selalu waspada. Jangan meremehkan dosa kecil. Ingatlah, gunung yang besar pun tersusun dari batu-batu kecil”.
Nah, kebayang banget kan kalo semasa hidupnya ada orang yang selalu maksiat. Duh, gimana tuh dosanya. Termasuk dalam hal ini adalah orang-orang yang ketika hidupnya selalu melecehkan kaum muslimin, menghina ajaran Islam, dan malah lebih memilih bersahabat dengan musuh-musuh Islam. Ih, dosanya pasti berlipat-lipat. Apalagi pas ajalnya datang nggak bertobat. Naudzubillahi min dzalik.
Memang sih urusan dosa Allah Swt. yang akan menghisabnya. Tapi kan kita juga diajarkan oleh Rasulullah saw. untuk menilai seseorang dalam berperilaku. Bahwa yang kita nilai itu adalah yang tampak dan sudah jelas dilakukan seseorang (“nahnu nahkumu bidzdzawaahir”, begitu kata Nabi saw.). Misalnya, ada orang yang ngomong bahwa demokrasi itu sistem yang lebih baik dari Islam (sambil dengan bangga menentang upaya perjuangan orang-orang yang ingin menegakkan Khilafah Islamiyyah), dia juga ngoceh bahwa pluralisme, sekularisme, dan liberalisme  lebih hebat ketimbang Islam, selain itu dia terang-terangan melecehkan kaum muslimin. Nah, untuk orang yang kayak gini tentu saja kita bisa menilai nih orang udah bermaksiat kepada Allah Swt. Tentu, berdosa dong ya.
Minta ampunan Allah Swt. yuk!
Sobat muda muslim, ampunan Allah jauh lebih besar dari murkaNya. Lagi pula, memohon ampunan Allah (bertobat) sekaligus mencerminkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah. Karena orang yang bertakwa salah satu cirinya adalah segera mohon ampunan kepada Allah jika dia sudah menyadari kesalahannya. Jadi, nggak usah malu untuk bertobat en nggak usah merasa ribet. Jalani aja sambil terus belajar supaya nggak kecebur ke dalam jurang yang sama. Karena dengan belajar kita jadi tahu dan yakin bisa menjalani hidup ini dengan tenang. Cobalah.
Rasulullah saw. memberikan pujian buat kita-kita yang takwa dan taat pada ajaran Islam. Apalagi sebelumnya kita ahli maksiat. Betul nggak? Indah nian ungkapan Rasulullah saw. empat belas abad yang lampau: “…ada kaum yang akan datang sesudah kalian (para sahabat r.a.). Mereka percaya kepada (sekadar) kitab yang dibendel, lalu percaya dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya. Mereka lebih utama daripada kalian. Mereka lebih besar pahalanya daripada kalian.” (HR Ibnu Mardawih yang dikutip dalam penjelasan di Tafsir Ibnu Katsir)
Bro en Sis, hidup ini penuh dinamika. Penuh warna, penuh liku, penuh lubang dan mendaki (Iwan Fals banget neh!). Kata orang bijak, hidup adalah untuk mati. Bisa dipahami, karena akhir dari kehidupan adalah kematian. Nggak salah-salah amat kok. Tapi, kita juga wajib ngeh, untuk apa kita hidup. Untuk apa kita ada dunia ini. Dan, akan ke mana setelah bersuka-cita, termasuk berduka-derita di dunia ini?
Kehidupan ini pasti akan berakhir. Wak Haji Rhoma Irama juga tereak: “Pesta pasti berakhir” (kalo disebut nama ini, kamu jangan langsung menggoyangkan jempol tangan dan kaki ya, hehehe…). Hidup di dunia ibarat menempuh sebuah perjalanan panjang dan melelahkan. Banyak sekali cerita terukir di sini. Cerita suka, duka, derita, bahagia, sedih, gembira, kecewa, optimisme, putus asa, peduli, kasih-sayang, cinta, dan seabrek pernak-pernik dan kerlap-kerlip kehidupan dunia yang melengkapinya.
Bro, perjalanan panjang di dunia ini pasti akan berakhir. Ada terminal akhir yang merupakan tempat kita berlabuh. Allah Swt. udah menyediakan dua tempat; surga dan neraka. Surga untuk para pengumpul pahala, sementara neraka adalah kelas ‘eksklusif’ para pendosa.
Nah, mumpung kita masih bisa bernapas, mumpung kita masih bisa tertawa, selagi kita masih punya kesempatan banyak, di saat kita masih muda usia, sebelum air mata penyesalan mengalir deras dari kedua mata kita, ada waktu untuk kita perbaiki diri. Jangan putus asa juga buat para pendosa. Yakinlah, selama hayat masih di kandung badan, kalian punya kesempatan yang sama untuk menuai pahala. Bertobat dari berbuat maksiat, itu keputusan tepat. Setelah itu mari belajar agama. Pahami, cermati, dan amalkan dalam kehidupan.
Sobat muda muslim, ‘qod qola’ Alvin Toffler, “Perubahan tak sekadar penting untuk kehidupan. Perubahan adalah hidup itu sendiri.” Paling nggak, kita berubah menjadi baik dari buruk adalah sebuah perubahan yang menentukan hidup kita sendiri.
Islam juga mengajarkan agar kita senantiasa berbuat baik. Jika kebetulan berbuat maksiat, bertobatlah segera. Diriwayatkan daripada Abu Said al-Khudri ra. katanya: Nabi saw. bersabda: “Seorang lelaki dari kalangan umat sebelum kamu telah membunuh sebanyak sembilan puluh sembilan orang manusia, lalu dia mencari seseorang yang paling alim. Setelah ditunjukkan kepadanya seorang pendeta, dia terus berjumpa pendeta tersebut kemudian berkata: Aku telah membunuh sebanyak sembilan puluh sembilan orang manusia, adakah taubatku masih diterima? Pendeta tersebut menjawab: Tidak. Mendengar jawaban itu, dia lalu membunuh pendeta tersebut dan genaplah seratus orang manusia yang telah dibunuhnya. Tanpa putus asa dia mencari lagi seseorang yang paling alim. Setelah ditunjukkan kepadanya seorang ulama, dia terus berjumpa ulama tersebut dan berkata: Aku telah membunuh seratus orang manusia. Adakah taubatku masih diterima? Ulama tersebut menjawab: Ya! Siapakah yang bisa menghalangi kamu dari bertaubat? Pergilah ke negeri si fulan, karena di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah. Kamu beribadahlah kepada Allah Swt. bersama mereka dan jangan pulang ke negerimu karena negerimu adalah negeri yang sangat hina. Lelaki tersebut berjalan menuju ke tempat yang dimaksud. Ketika berada di pertengahan jalan tiba-tiba dia mati, menyebabkan Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab berselish pendapat mengenai orang tersebut. Malaikat Rahmat berkata: Dia datang dalam keadaan bertaubat dan menghadapkan hatinya kepada Allah Swt. Namun Malaikat Azab juga berkata: Dia tidak pernah melakukan kebaikan. Lalu Malaikat yang lain datang dalam keadaan menyerupai manusia dan mencoba menengahi mereka sambil berkata: Ukurlah jarak di antara dua tempat. Mana yang lebih (jaraknya menuju negeri yang dituju), itulah tempatnya. Lantas mereka mengukurnya. Ternyata mereka dapati lelaki tersebut tempat meninggalnya lebih dekat kepada negeri yang ditujunya. Akhirnya dia diambil oleh Malaikat Rahmat” (HR Bukhari dalam Kitab Kisah Para Nabi, hadis no. 3211)
Oke deh, bertobat lebih hebat ketimbang tetap berbuat maksiat. Kamu bisa kok. Yakin deh.
Apa yang harus kita lakukan?
Pertama, menyesal. Tanpa penyesalan, rasanya sulit untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat. Penyelasan ini kudu benar-benar tumbuh dalam diri kamu. Minta maaf pula kepada orang yang kamu “kerjain”. Janji nggak bakal ngulangi lagi. Kedua, niat sungguh-sungguh. Kuatkan tekad kita untuk menghentikan kebiasaan maksiat. Ada pahala pula di balik niat yang sungguh-sungguh itu. Ketiga, cari lingkungan yang mendukung. Ini penting banget sobat. Sebab, kalo kamu belum bisa mengubah lingkungan, jangan-jangan kamu yang terwarnai. Kalo lingkungannya baik sih oke aja. Tapi kalo rusak? Bisa gawat kan? Jadi, gaul deh ama teman-teman yang udah baik-baik untuk membiasakan kehidupan kamu yang baru.
Keempat, tumbuhkan semangat untuk mengkaji Islam. Sobat, dengan mengkaji Islam, selain menambah wawasan, juga akan membuat kita tetap stabil dengan “kehidupan baru” kita. Maksiat? Sudah lupa tuh! Kelima, senantiasa berdoa. Jangan lupa berdoa kepada Allah, mohon dibimbing dan diarahkan, serta dikuatkan tekad kita untuk meninggalkan maksiat. “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan permohonanmu itu.” (QS al-Mukmin [40]: 60)
Yuk, mumpung masih ada waktu, kita mohon ampunan kepada Allah Swt. Bertobat dengan sebenar-benarnya bertobat. Tak mengulangi kemaksiatan yang telah dilakukan dan sebaliknya kita berlomba memperbanyak amal shalih

 free web counter Counter Powered by  RedCounter

About this blog

Semoga media ini bisa menambah timbangan amalku di akhirat kelak, Amiin Ya Rabbal 'alamiin. kirimkan kritik dan saran ke alamat penjagaquran@gmail.com

Buletin Jum'at

Fatwa Rasulullah

Doa dan Dzikir Rasululah SAW

Biografi Tokoh

1 day 1 ayat

Arsip Blog

Download


ShoutMix chat widget
The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di Dadaku