Jangan Bersedih Atas Apa yang Masih Mungkin Akan Terjadi!



Dalam kitab Taurat disebutkan bahwa kebanyakan hal yang ditakuti tidak pernab terjadi. Ini berarti, kebanyakan kekhawatiran manusia itu tidak akan terjadi. Karena, dalam otak manusia itu memang lebih banyak khayalan daripada kabar kebenaran yang pasti terjadi.

Seorang penyair mengatakan,

Aku berkata pada kalbuku saat didera rasa takutyang mengejutkan,
"Bergembiralah, sebab kebanyakan hal yang kau takuti adalah dusta"
Artinya, manakala sebuah peristiwa terjadi pada diri Anda, atau Anda mendengar ramalan tentang suatu bencana, Anda tak perlu resah, cemas, dan bersedih. Sebab, berita-berita dan kemungkinan-kemungkinan itu tidaklah benar. Jika ada yang mampu mengubah takdir, pastilah akan mencarinya. Namun jika tidak, maka tinggal bagaimana takdir itu harus Anda sikapi.

{Dan, aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. Maka, Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka.} (QS. Al-Mu'min: 44-45)


retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni


Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Sedikit, Sebab Padanya Terdapat Keselamatan!



Setiap kali raga menikmati kemewahan, ruh sebenarnya merasa tertekan. Dan, dalam situasi yang serba kekurangan itu sebenarnya tersimpan keselamatan. Bersikap zuhud terhadap di dunia misalnya, ternyata merupakan kesenangan yang hanya akan diberikan Allah kepada hamba-hamba yang disukai-Nya.

{Sesungguhnya, Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya.} (QS. Maryam: 40) 

Seorang penyair mengatakan, Air, roti, dan naungan konon adalah nikmat yang paling besar Aku mengingkari nikmat Rabb-ku jika aku berkata itu sedikit saja Bukankah dunia memang tak lebih dari air dingiri, roti yang hangat, dan nenaungan yang teduh?

Penyair yang lain mengatakan,

Curahkan hujan mutiara langit Sardib dan luapkan sumur-sumur Takruratibra

Jika aku hidup maka aku tidak bernah kehabisan makan dan jika aku mati tak pernah kehabisan kuburan
 
Ambisiku adalah ambisi raja dan jiwaku adalah jiwa merdeka yang melihat kehinaan sebagai kekufuran

Jika aku tidak puas dengan makanan selama. hidupku maka kenapa aku datang menemui Zaid dan Umar Seperti itulah sikap orang-orang yang hidup dengan berpegang teguh prinsip, jujur dalam dakwah, dan sungguh-sungguh dalam menjalankan risalah mereka.


retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni


Jangan Bersedih Atas Cercaan dan Hinaan Orang!



{Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja.} (QS. Ali 'Imran: 111)

{Dan, janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.} (QS. An-Nahl: 127)

{Dan, janganlah kamu hiraukan gangguan'gangguan mereka dan bertawakallah kepada Allah. Dan, cukuplah Allah sebagai pelindung.} (QS. Al-Ahzab: 48)

{Maka, Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan.} (QS. Al-Ahzab: 69)

Sebuah hadits hasan menyebutkan bahwa Rasulullah pernah bersabda,
"Janganlah kalian menyampaikan kejelekan-kejelekan sahabatku kepadaku, sebab saya ingin keluar menemuimu dalam keadaaan dada yang bersih."


retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni


Jangan Bersedih Bila Kebaikan Anda Tak Dihargai Orang, Sebab yang Anda Cari Adalah Pahala dari Allah!



Niatkan semua amal perbuatan itu hanya karena Allah semata dan jangan pernah mengharap terima kasih dari orang lain! Jangan pernah resah dan gundah karena kebaikan Anda pada orang lain justru dibalas dengan perbuatan keji, atau ketika "tangan putih" yang Anda ulurkan dibalas dengan tamparan yang menyakitkan. Betapapun, apa yang Anda cari seharusnya hanya pahala dari kebaikan dari Allah. Allah berfirman tentang wali-wali-Nya,

{Mereka mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.} (QS. Al-Fath: 29)

Juga tentang nabi-nabi-Nya,
{"Aku tidak meminta upah sedikit pun kepadamu atas dakwahku."} (QS. Shad: 86)

{ Katakanlah: "Upah apapun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu."}(QS. Saba': 47)

{Padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang hams dibalasnya.} (QS. Al-Lail: 19)

{Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.} (QS. Al-Insan: 9)

Seorang penyair berkata, Siapa yang berbuat baik tidak akan sirna pahalanya dan tak akan sirna kebaikannya di sisi Allah dan manusia. Berbuat baiklah hanya untuk Yang Maha Esa, sebab hanya Dia-lah yang akan memberi pahala. Dia lah yang akan memberi karunia. Allah lah yang akan menjatuhkan sanksi, membalas setiap amal. Dan, Dia yang akan meridhai dan juga murka. Maha Suci dan Maha Tinggi Allah.

Ketika para sahabat banyak yang terbunuh sebagai syuhada di kota Kandahar, Umar berkata kepada para sahabat yang tersisa, "Siapa saja yang terbunuh?" Maka disebutkanlah sejumlah nama. "Dan, masih banyak lagi yang tak kau kenal," jawab para sahabat itu. Maka tiba-tiba kedua mata Umar meneteskan air mata, dan seketika itu ia menimpali, "Tapi Allah mengetahui mereka."

Alkisah, ada seorang salih memberi sepiring makanan kepada orang yang buta. Konon, ketika mengetahui akan hal itu, keluarga orang salih itu berkata, "Bukankah orang buta itu tidak tahu apa yang dimakannya." "Tapi, bukankah Allah mengetahuinya.," jawab orang salih itu.

Selama Allah masih melihat dan mengetahui kebaikan yang Anda lakukan, serta mengetahui keutamaan yang Anda ulurkan, maka janganlah mengharapkan pujian dari orang lain.

retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni


Jangan Bersedih, Usirlah Setiap Kegalauan!

Berhentinya seorang mukmin dari beraktivitas adalah kelalaian. Kekosongan adalah musuh yang mematikan, dan kesenggangan adalah sebuah kemalasan. Dan, kebanyakan orang yang selalu gundah dan hidup dalam kecemasan adalah mereka yang terlalu banyak waktu senggangnya dan sedikit aktivitasnya. Adapun manfaat yang mereka dapatkan dari semua itu adalah hanya sekadar desas-desus dan omong kosong yang tak berguna. Itulah keuntungan yang juga diraih oleh mereka yang tak pernah mengerjakan amalan yang bermakna dan berbuah pahala.

Oleh sebab itu, hendaknya kamu senantiasa bergerak, bekerja, mencari, membaca, membaca al-Qur'an, bertasbih, menulis atau mengunjungi sahabat. Gunakan waktu sebaik-baiknya, dan jangan biarkan ada satu menit pun yang terbuang sia-sia! Ingat, sehari saja Anda kosong tak bergerak, niscaya kegundahan, keresahan godaan dan bisikan setan akan mudah menyelinap dalam tubuh Anda! Dan bila sudah demikian, maka Anda akan menjadi lapangan permainan para setan.

retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni


Jangan Bersedih Atas Sesuatu yang Tak Pantas Anda Sedihkan



Kebahagiaan seseorang akan semakin bertambah, berkembang, dan mengakar adalah manakala ia mampu mengabaikan semua hal sepele yang tak berguna. Karena, orang yang berambisi tinggi adalab yang lebih memilih akhirat.

Syahdan, seorang ulama salaf memberi wasiat kepada saudaranya demikian, "Bawalah ambisimu itu ke satu arah saja, yakni bertemu dengan Allah, bahagia di akhirat, dan damai di sisi-Nya."

{Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabb-mu), tiada sesuatu pun dan keadaanmu yang tersembunyi bagi Allah.} (QS. Al-Haqqah: 18)

Tidak ada ambisi yang lebih mulia selain ambisi yang demikian itu. Apalah arti sebuah ambisi yang hanya tertuju pada kepada kehidupan ini saja. Karena, semua itu hanya akan bermuara pada ambisi untuk meraih kedudukan, jabatan, emas perak, anak-anak, harta benda, nama besar dan kemasyhuran, istana-istana dan rumah-rumah besar yang kesemuanya ini akan musnah dan sirna.

Allah s.w.t. menggambarkan salah satu sifat musuh-musuh-Nya, yakni kaum munafik sebagaimana berikut: {Sedangkan yang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri  mereka sendiri. Mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah.} (QS. Ali Tmran: 154)

Begitulah, mereka hanya berambisi memuaskan hawa nafsu, perut, dan syahwat mereka. Maka, mereka pun tak memiliki ambisi yang lebih tinggi dari itu.

Syahdan, tatkala Rasulullah membaiat para sahabat di bawah suatu pohon, ada seorang munafik yang justru meninggalkan baiat itu untuk mencari untanya yang berwarna merah. Dan orang itu berkata, "Aku akan lebih bahagia dengan menemukan untaku daripada aku ikut baiat yang kalian lakukan itu." Maka Rasulullah pun berkata, "Kalian semua mendapat ampunan, kecuali pemilik unta merah ini."

Bahkan, orang munafik seringkali tak hanya ingin menyesatkan dirinya sendiri, tetapi juga acapkali mengajak para sahabat yang lain. Terbukti,mereka misalnya pernah berkata, "Tak usahlah kalian berangkat perang pada saat panas-panas begini." Maka, Allah pun menimpali demikian,

{Katakanlah: "Api neraka Jahannam itu jauh lebih panas."} (QS. At-Taubah: 81)

Orang munafik yang lain pernah berkata,
{Berilah saya izin (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadihan saya terjerumus ke dalam fitnah.} (QS. At-Taubah: 49)

Itulah orang munafik. Dia hanya memikirkan keuntungan pribadinya saja.
{Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah.} (QS. At-Taubah: 49)

Selain itu, orang munafik selalu mencemaskan harta dan keluarganya saja. Terbukti, mereka pernah berkata,

{Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan bagi kami.} (QS. Al-Fath: 11)

Demikianlah, semua ambisi dan keiinginan mereka itu sangat rendah sekali dan tak bernilai. Dan, ambisi seperti itu hanya akan dikejar oleh orang-orang bodoh yang tak berharga. Lain halnya dengan para sahabat yang agung, karena mereka selalu mengharapkan keutamaan dan keridhaan dari Allah.

retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni


Jangan Bersedih Atas Kegagalan, Karena Anda Masih Memiliki Banyak Kenikmatan!



Renungkanlah: betapa banyaknya nikmat dan karunia Allah yang Ada pada Anda. Lalu, bersyukurlah kepada-Nya atas semua itu, dan sadarilah bahwa Anda benar-benar telah bergelimang dengan pemberian-Nya.

Allah berfirman,
{Dan, jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.} (QS. Ibrahim: 34)

{Dan, menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.} (QS. Luqman: 20)

{Dan, apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allahlah datangnya.} (QS. An-Nahl: 53)

Allah menegaskan betapa besarnya kenikmatan yang Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya sebagaimana berikut, 
{Bukankah Kami telah memberikan kepadanya kedua mata, Lidah dan dua bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.} (QS. Al-Balad: 8-10)

Ada banyak kenikmatan yang terus mengalir: nikmat kehidupan, nikmat kesehatan, nikmat pendengaran, nikmat penglihatan, nikmat kedua tangan dan kedua kaki, nikmat air dan udara, dan nikmat makanan. Dan, yang paling agung dari semua itu adalah nikmat hidayah rabbaniyah, yakni agama Islam. Apakah Anda ingin mata Anda dibeli dengan harga satu juta dolar? Apakah Anda ingin menjual kedua telinga Anda dengan harga satu juta dolar? Apakah Anda ingin kedua kaki Anda dibeli dengan harga satu juta dolar? Apakah Anda ingin kedua tangan Anda dibeli dengan harga satu juta dolar? Apakah Anda ingin menjual hati Anda dengan harga satu juta dolar? Betapa banyak harta yang ada di tanganmu namun Anda tidak menunaikan rasa syukurmu.

retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni


Jangan Bersedih Karena Gangguan Orang Lain, dan Maafkanlah Orang yang Berbuat Jahat Kepada Anda!



Harga hukuman (qisash) yang paling mahal adalah yang harus dibayarkan oleh seorang pendendam dan pendengki saat ia mendengki orang lain. Pasalnya, ia harusmembayar semua itu dengan hati, daging, darah, perasaan, kedamaian, ketentraman, dan kebahagiaannya. Maka, betapa meruginya seorang pendengki.

Allah telah mengabarkan kepada kita tentang obat dan penyembuhan dari penyakit ini,
{Dan, orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) or-ang.} (QS. Ali 'Imran: 134)

{Jadilah kamu pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.} (QS. Al-A'raf: 199)

{Tolaklah (kejahatan) itu dengan cara yang lebih baik, dan tiba-tiba orang yang antara kamu dan dia ada permusuhan, seolah-olah dia telah menjadi teman yang amat setia.} (QS. Fushshilat: 34)

retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni


Jangan Bersedih dan Putus Asa dari Rahmat Allah!



{Sesungguhnya, tiada berputus ada dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir.} (QS. Yusuf: 87)

{Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki.} (QS. Yusuf: 110)

{Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan,demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.} (QS.A1-Anbiyr:88)

{Dan, kamu menyangka kepada Allah dengan bermacam-macam prasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan hatinya dengan goncangan yang sangat.} (QS. Al-Ahzab: 10-11)


retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni

Jangan Bersedih, Ingatlah Allah Selalu!



{Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang.} (QS. Ar-Ra'd: 28)

{Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.} (QS. Al-Baqarah: 152)

{Laki-laki dan perempuan yang banyak mengingat Allah.} (QS. Al-Ahzab: 35)

{Wahai orang-orang yang beriman, banyaklah kamu mengingat nama Allah dan bertasbihlah di waktu pagi dan petang.} (QS. Al-Ahzab: 41)

{Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.} (QS. Al-Munafiqun: 9)

{Dan, ingatlah Rabb-mu jika kamu lupa.} (QS. Al-Kahfi: 24)

{Dan, bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu ketika kamu bangun berdiri. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar).} (QS. Ath-Thur: 48-49)

{Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.} (QS. Al-Anfal: 45)

Disebutkan dalam hadits shahih: "Perumpamaan orang yang mengingat
Rabb-nya dan yang tidak mengingat Rabb-nya adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati."
Rasulullah juga bersabda, "Para mufarridun akan mendahului".
Para sahabat bertanya, "Siapakah para mufarridun itu, wahai Rasulullah?"
Rasulullah bersabda, "Kaum laki-laki dan perempuan yang mengingat Allah."

Dalam hadits shahih yang lain disebutkan: "Maukah aku beritahukan kepada kalian suatu amal yang paling baik dan paling suci dalam pandangan Raja kalian, dan lebih baik dari menginfakkan emas dan uang, dan lebih baik dari pada kalian menemui musuh kalian, lalu kalian saling menyabetkan pedang ke leher masing-masing?" Para sahabat menjawab, "Silahkan, wahai Rasulullah!" Rasulullah bersabda, "Dzikir kepada Allah!"

Dalam sebuah hadits dikisahkan, syahdan seseorang mendatangi
Rasulullah dan berkata kepadanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat
Islam telah terlalu banyak untukku, sementara usiaku sudah tua, maka
kabarkanlah kepadaku sesuatu yang dapat aku pegang teguh."
Rasulullah menjawab, "Selama lidahmu basah dengan berdzikir kepada Allah."


retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni

Jangan Bersedih, Perbanyaklah Istighfar Karena Allah Maha Pengampun!



{Maka, aku katakan kepada mereka: "Mohon ampunlah kepada Rabb-mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula di dalamnya untukmu sungai-sungai."} (QS. Nuh: 10-12)

Perbanyaklah membaca istighfar agar Anda dapat menemukan jalan keluar, mendapatkan ketenangan batin, harta yang halal, keluarga yang salih, dan hujan yang deras.

Allah berfirman,
{Dan, hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabb-mu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada ivaktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.} (QS. Hud: 3)

Dalam sebuah hadits disebutkan: "Barangsiapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah akan memberikan jalan keluar untuk setiap kecemasan dan akan membukakan pintu keluar dari setiap kesempitan."

Anda harus banyak membaca sayyidul istighfar, sebagaimana termuat dalam hadits Shahih Bukhari:
"Ya Allah, Engkau adalah Rabb-ku, tidak ada Ilah selain Engkau. Engkau ciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku akan menjalankan semua janjiku untuk-Mu dengan segala kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang aku lakukan. Aku kembali kepada-Mu dengan segala nikmat-Mu atasku dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah aku karena tidak ada yang memberi ampunan terhadap dosa-dosa kecuali Engkau."


retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni


Jangan Bersedih, Tunggulah Jalan Keluar!



Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi disebutkan: "Sebaik-baik ibadah adalah menunggu jalan keluar." {Bukankah subuh itu sudah dekat?} (QS. Hud: 81)

Cahaya fajar bagi orang-orang yang ditimpa kesedihan itu telah menyeruak, maka jelanglah pagi dan tunggulah kemenangan dari sang penakluk.

Orang Arab berkata, "Jika seutas tali sudah sangat meregang, niscaya ia akan segera putus! Artinya: Jika persoalannya sudah kritis, maka tunggulah jalan keluar.

Allah berfirman,
{Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.} (QS. Ath-Thalaq: 2)

{Dan, barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahalanya.} (QS. Ath-Thalaq: 5)

{Dan, barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan menjadikan baginya jalan kemudahan dalam urusannya.} (QS. Ath-Thalaq: 4)

Salah seorang penyair berkata, Betapa banyak jalan keluar yang datang setelah rasa putus asa dan betapa banyak kegembiraan datang setelah kesusahan.

Siapa yang berbaik sangka pada Pemilik 'Arasy dia akan memetik manisnya buah yang dipetik di tengah-tengah pohon berduri Dalam sebuah hadits Qudsi disebutkan: "Aku sesuai sangkaan hamba-Ku kepada-Ku, maka ia bebas berprangsaka apa saja kepada-Ku."
 
Allah berfirman,
{Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi tentang keimanan mereka dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkanlah orang-orang yang Kami kehendaki.} (QS. Yusuf: 110)

{Maka, sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kernudahan.} (QS. Al-Insyirah: 5-6)

Ada sebuah pernyataan yang beredar di kalangan ahli tafsir, yang bahkan menurut sebagian dari mereka ditetapkan sebagai hadits. Pernyataan berbunyi demikian: "Satu kesulitan tidak akan pernah mengalahkan dua kernudahan." 

Allah berfirman,
{Barangkali Allah mengadakan sesudah itu suatu hal yang berat.} (QS. Ath-Thalaq: 1) 

{Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.} (QS. Al-Baqarah: 214)

{Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.} (QS. Al-A'raf: 56)

Dalam sebuah hadits shahih disebutkan: "Ketahuilah bahwa pertolongan itu ada bersama dengan kesabaran dan jalan keluar itu akan selalu beriringan dengan cobaan."

Seorang penyair berkata,
Jika persoalan telah sangat sulit, tunggulah jalan keluarnya, sebab ia akan segera menemukan jalan keluarnya.

Penyair yang lain berkata, Banyak mata yang tetap melek dan banyak pula yang tidur dalam masalah yang mungkin terjadi atau tidak akan terjadi Tinggalkanlah kesedihan sedapat yang engkau lakukan sebab jika engkau terus bersedih engkau akan berubah menjadi gila Sesungguhnya Rabb yang telah mencukupimu sebelumnya Dia kan mencukupimu besok dan hari-hari mendatang.

Penyair yang lain mengatakan, Biarkanlah takdir berjalan dengan tali kekangnya danjanganlah engkau tidur kecuali dengan hati yang bersih Tak ada di antara kerdipan mata dan meleknya kecuali Allah kan mengubah dari kondisi ke kondisi lainnya.

retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni

Jangan Bersedih, Semua Hal Akan Terjadi Sesuai Qadha' dan Qadar!



Segala sesuatu itu ada dan akan terjadi sesuai dengan ketentuan qadha dan qadar-nya. Ini merupakan keyakinan orang-orang Islam dan para pengikut setia Rasulullah s.a.w. Yakni, keyakinan mereka bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak akan pernah ada dan terjadi tanpa sepengetahuan, izin, dan ketentuan Allah.

{Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya, yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.} (QS. Al-Hadid: 22)

{Sesungguhnya, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.} (QS. Al-Qamar: 49)

{Dan, sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.} (QS. Al-Baqarah: 155)

Dalam sebuah hadits disebutkan: "Sungguh unik perkara orang mukmin itu! Semua perkaranya adalah baik. Jika mendapat kebaikan ia bersyukur, maka itu menjadi sebuahkebaikan baginya. Dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka itu juga menjadi sebuah kebaikan baginya. Dan ini hanya akan terjadi pada orang mukmin."

Rasulullah juga bersabda: "Jika engkau memohon, maka memohonlah kepada Allah, dan engkau minta pertolongan mintalah kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya seluruh makhluk itu berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu berupa sesuatu, niscaya mereka tidak akan mampu memberikan manfaat kepadamu selain berupa sesuatu yang telah ditetapkan Allah bagimu. Dan, seandainya mereka semua berkumpul untuk mencelakakanmu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang ditetapkan Allah atasmu. Pena-pena telah kering dan lembaran-lembaran telah dilipat."

Dalam sebuah hadits shahih yang lain disebutkan: "Ketahuilah bahwa apa yang menimpamu tidak akan luput darimu, dan apa yang tidak akan menimpamu tidak akan pernah menimpamu." Juga diriwayatkan dari Rasulullah, beliau bersabda, "Pena telah kering, wahai Abu Hurairah, berkaitan dengan apa yang akan engkau hadapi."

Beliau juga bersabda, "Kejarlah apa yang bermanfaat untukmu, dan mintalah pertolongan kepada Allah. Jangan mudah menyerah dan jangan pernah berkata, 'Kalau saja aku melakukan yang begini pasti akan jadi begini.' Tapi katakanlah, Allah telah mentakdirkan, dan apa yang Dia kehendaki pasti akan Dia lakukan." Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan dari Rasulullah dia bersabda, 'Allah tidak menentukan sebuah qadha' bagi hamba kecuali qadha' itu baik baginya."

Pernah sebuah pertanyaan tentang kemaksiatan dilontarkan kepada Syaikhul Islam ibnu Taimiyah, "Apakah maksiat itu baik bagi seorang hamba?" Dia menjawab, "Ya! Namun dengan syarat dia harus menyesali, bertaubat, beristighfar, dan merasa sangat bersalah."

Allah berfirman,
{Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.} (QS. Al-Baqarah: 216)

Ini adalah takdir maka celalah aku atau tinggalkan semua takdir akan berjalan walau terhadap lubang jarum

retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni

Jangan Bersedih, Karena Rabb Maha Pengampun Dosa dan Penerima Taubat!

 

Firman Allah,
{Katakanlah: "Hai hamba-hamba'Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya, Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."} (QS. Az-Zumar: 53)

Tidakkah firman Allah ini dapat melapangkan hati, menghilangkan keresahan, dan menghapuskan kegundahan Anda?Tampak bahwa Allah sengaja menyapa manusia dengan kalimat "Wahai hamba-hamba-Ku..." Adapun tujuannya, tak lain adalah menyatukan hati para hamba-Nya dan menyentuh perasaan mereka agar mendengarkan ayat tersebut dengan baik. Setelah itu, terlihat bahwa Dia mengkhususkan firman-Nya itu untuk orang-orang yang melampaui batas. Itu dilakukan Allah karena mereka merupakan golongan manusia yang paling banyak melakukan dosa dan kesalahan. Nah, bagaimana dengan kita yang tentu saja juga sering melakukan dosa dan kesalahan?

Dalam ayat tersebut, Allah juga melarang hamba-Nya berputus asa dalam memohon ampunan Allah. Allah mengabarkan pula bahwa Dia akan mengampuni siapa saja yang bertobat kepada-Nya, baik dari dosa-dosa kecil maupun yang besar. Tidakkah Anda merasa gembira dan bahagia dengan firman Allah s.w.t.,

{Dan, (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka mengetahui.}

Juga firman-Nya,
{Dan, barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.} (QS. An-Nisa': 110)

Firman-Nya yang lain,
{Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu) yang kecil dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).} (QS. An-Nisa': 31)

Firman-Nya yang lain,

{Sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.} (QS. An-Nisa': 64)

{Dan, sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal salih, kemudian tetap di jalan yang benar.} (QS. Thaha: 82) 

Tatkala Musa membunuh seseorang maka dia berkata:

{"Hai Rabb-ku, ampunilah aku," maka Dia mengampuninya.} (QS. Al-Qashash: 16)

Juga firman Allah yang menjelaskan tentang Nabi Daud setelah bertobat dan Allah mengampuninya,

{Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya, dia mempunyai kedudukan yang sangat dekat Pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik.} (QS. Shad: 25)

Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengasih dan Maha Mulia. Bagaimana tidak, Dia masih menawarkan rahmat dan maghfirah-Nya kepada orang-orang yang meyakini trinitas. Firman Allah tentang mereka, 

{Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah adalah salah satu dari yang tiga," padahal sekali-kali tidak ada Ilah selain dari Ilah Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih. Maka, mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.} (QS. Al-Ma'idah: 73-74)

Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah s.a.w. bersabda, "Allah Yang Maha Tinggi berfirman: "Wahai anak Adam, sesungguhnya jika kamu berdoa kepada-Ku dan mengharapkan-Ku maka Aku akan mengampunimu atas semua dosa yang kamu lakukan, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, andaikata dosa-dosamu itu sampai ke puncak langit kemudian kamu meminta ampunan kepada-Ku niscaya Aku ampuni dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya kamu datang kepada-Ku dengan dosa yang besamya seisi bumi seluruhnya, kemudian datang menemui-Ku dan tidak menyekutukan Aku dengan yang lain niscaya Aku akan datang kepadamu dengan ampunan yang besamya seisi bumi seluruhnya."
 
Dalam sebuah hadits shahih yang lain Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari agar orang-orang yang melakukan dosa pada siang hari bertobat dan Dia membentangkan tangan-Nya di siang hari agar orang yang melakukan kesalahan di malam hari bertobat, hingga nanti ketika matahari terbit dari arah barat." Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan: "Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian melakukan dosa di malam hari, sedangkan Aku mengampuni semua dosa. Maka, mmtalah kalian semua ampunan kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni kalian."

Dalam sebuah hadits shahih yang lain disebutkan: "Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya. Seandainya kalian tidak melakukan dosa niscaya Allah akan menghilangkan kalian, dan akan mendatangkan kaum yang lain yang melakukan dosa-dosa namun memohon ampunan kepada Allah, yang kemudian Dia akan mengampuni mereka." Juga disebutkan dalam hadits shahih yang lain: "Kalian semua adalah orang-orang yang sering melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang yang bertobat."

Pada kesempatan yang lain Rasulullah juga bersabda, "Allah lebih. gembira dengan taubat seorang hamba-Nya di antara kalian, yang berada di atas kendaraannya, yang telah tersedia makanan dan minuman. Kemudian kendaraannya itu hilang di padang pasir. la mencarinya ke sana kemari hingga putus asa, dan ia pun tertidur. Pada saat terbangun, kendaraannya itu sudah berada di dekat kepalanya. Kemudian dia berkata, 'Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan Aku adalah Rabb-Mu.' la salah mengucapkan karena saking gembiranya." 

Dalam riwayat shahih yang lain Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya seorang hamba yang melakukan sebuah dosa kemudian ia mengucapkan: 'Ya Allah, ampunilah dosaku, sesungguhnya tidak ada yang bisa memberi ampunan terhadap dosa-dosa kecuali Engkau.' Kemudian ia kembali melakukan dosa, dan setelah itu berdoa kembali: 'Ya Allah, ampunilah dosaku sesungguhnya tidak ada yang bisa memberi ampunan terhadap dosa-dosa kecuali Engkau.' Kemudian kembali melakukan dosa, dan berdoa kembali: 'Ya Allah, ampunilah dosaku, karena sesungguhnya tidak ada yang berhak memberi ampunan terhadap dosa-dosa kecuali Engkau.' Allah berfirman: 'Hamba-Ku tahu bahwa ia memiliki Rabb yang bisa menjatuhkan siksa atas dosa yang dilakukannya dan bisa pula memberikan ampunan terhadap dosa itu. Maka hamba-Ku pun melakukan
semaunya." Singkatnya, selama hamba itu bertaubat, meminta ampunan dan menyesali perbuatannya, maka Allah akan mengampuninya.

retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni

Buanglah Rasa Cemas!



Tak usah bersedih, karena Rabb-mu berfirman, {Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu.} (QS. Al-Insyirah: 1)
 
Pesan ayat ini bersifat umum untuk setiap orang yang menerima kebenaran, melihat cahaya dan menempuh hidayah. Allah juga berfirman, {Maka, apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka, kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya.} (QS. Az-Zumar: 22) 

Maka dari itu, menjadi jelas bahwa ada kebenaran yang akan melapangkan dada dan ada kebatilan yang akan membuat hati menjadi keras. Allah berfirman,
 
{Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk) Islam.} (QS. Al-An'am: 125)
 
Ini menandakan bahwa Islam merupakan suatu tujuan yang hanya dapat dicapai oleh orang yang memang dikehendaki Allah.
 
{Janganlah kamu bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.} (QS. At-Taubah: 40) 

Demikian Allah berfirman. Dan kalimat seperti itu hanya akan diucapkan oleh orang yang sangat yakin dengan pengawasan, perlindungan, kasih sayang dan pertolongan Allah. 

{(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."} (QS. Ali 'Imran: 173)

Yakni, bahwa pemenuhan dan perlindungan Allah sudah sangat cukup bagi kita.

{Hai Nabi, cukuplah, cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.} (QS. Al-Anfal: 64)

Dan, siapapun yang menempuh jalan tersebut akan memperoleh kemenangan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tersebut.

{Dan, bertawakalah kamu kepada Allah Yang Maha Hidup (Kekal) Yang tidak mati.} (QS. Al-Furqan: 58)

Yakni, selain Allah akan mati, tidak akan hidup selamanya, akan sirna dan tak abadi. Dan derajatnya pun rendah dan tidak mulia.

{Bersabarlah (hai Muhammad) dan tidaklah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat kebaikan.} (QS. An-Nahl: 127-128)

Ayat ini melukiskan tentang bagaimana penyertaan khusus Allah terhadap para wali-Nya, yakni dengan cara selalu menjaga, mengawasi, membantu dan melindungi mereka sesuai dengan kadar ketakwaan dan jihad mereka.

{Dan, janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.} (QS. Ali 'Imran: 139)

Maksudnya adalah ketinggian tingkat ubudiyah dan kedudukannya di sisi Allah.
 
{Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian, mereka tidak mendapat pertolongan.} (QS. Ali 'Imran: 111)

{Allah telah menetapkan: "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang." Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.} (QS. Al-Mujadilah: 21)

{Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari Kiamat).} (QS. Al-Mu'min: 51)

Bentuk ketetapan pada kalimat ini merupakan janji Allah yang tidak akan pernah diingkari dan tidak akan pernah ditunda.

{Dan, aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. Maka, Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.} (QS. Al-Mu'min: 44-45)

{Dan, hanya kepada Allah-lah orang-orang mukmin bertawakal.} (QS. Ali 'Imran: 122)

Janganlah bersedih! Anggap saja diri Anda tidak akan hidup kecuali sehari saja, sehingga mengapa Anda harus bersedih dan marah pada hari ini?

Dalam sebuah atsar disebutkan: Ketika pagi tiba, janganlah menunggu sore; dan ketika sore tiba, janganlah menunggu datangnya pagi. Artinya, hiduplah dalam batasan hari ini saja. Jangan mengingat-ingat masa lalu, dan jangan pula was-was dengan masa yang akan datang. Seorang penyair berkata,

Yang lalu telah berlalu, dan harapan itu masih gaib dan engkau pasti punya waktu di mana engkau harus ada Menyibukkan diri dengan mengingat masa lalu, dan meratapi kembali kegetiran-kegetiran hidup yang pernah terjadi dan telah berlalu, adalah sebuah ketololan dan kegilaan. Pepatah Cina menyebutkan: "Jangan dulu menyeberangi jembatan sebelum Anda sampai di jembatan itu."

Artinya, jangan bersikap apriori terhadap kejadian-kejadian yang belum tentu terjadi, sampai Anda benar-benar mengalami dan merasakannya sendiri. Salah seorang ulama salaf mengatakan: "Wahai anak Adam, hidupmu itu tiga hari saja: hari kemarin yang telah berlalu, hari esok yang belum datang, dan hari ini di mana Anda harus bertakwa kepada Allah!"

Bagaimana orang yang masih menanggung beban berat kesedihan masa lalu dan kecemasan terhadap masa depan dapat hidup tenang hari ini? Bagaimana mungkin orang yang selalu mengingat-ingat sesuatu yang telah lewat dan telah berlalu akan tenang dalam hidupnya hari ini? Pasalnya, pastilah waktunya akan habis untuk meratapi semua kesedihan yang telah berlalu itu. Dan pada akhirnya, semua itu sama-sama tidak ada gunanya.

Atsar yang berbunyi: Jika pagi tiba, janganlah menunggu sore; dan jika sore tiba, janganlah menunggu hingga waktu pagi, dapat pula diartikan bahwa Anda harus membatasi angan-angan Anda, menunggu ajal yang sewaktu-waktu menjemput Anda, dan selalu berbuat yang terbaik. Jangan larut dalam kecemasan-kecemasan di luar hari ini. Kerahkan segala kemampuan untuk hari ini. Berbuadah semaksimal mungkin, dan pusatkan konsentrasi Anda untuk melakukan sesuatu dengan cara meningkatkan kualitas moral, menjaga kesehatan, dan memperbaiki hubungan dengan sesama.

retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni

Enyahkan Kejenuhan dari Hidupmu!



Orang yang hidup mengekang diri dengan satu gaya atau model hidup, sudah tentu akan dilanda kejenuhan. Itu terjadi, karena jiwa manusia pada dasarnya cenderung mudah jenuh. Tabiat dasar setiap manusia adalah tidak senang berada dalam satu keadaan yang sama. Dan karena itu pula, maka Allah menciptakan banyak warna dan bentuk untuk suatu tempat, zaman, makanan, minuman, dan makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Ada malam ada siang, ada dataran tinggi adadataran rendah, ada putih ada hitam, ada panas ada dingin, dan ada manis ada kecut. Keberagaman dan perbedaan ini seringkali disebut Allah dalam beberapa firman-Nya. Diantaranya Allah menyebutkan bahwa,

{Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya.} (QS. An-Nahl: 69)

{Dari pohon kurma yang bercabang dan tidak bercabang.} (QS. Ar-Ra'd: 4)

{Dan, di antara gunung-gunung itu ada garis-garis yang putih dan merah yang beraneka ragam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.} (QS. Fathir: 37)

{Dan, masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran).} (QS. Ali 'Imran: 140)

Syahdan, Bani Israel pernah merasa bosan dengan makanan paling baik mereka dan mengeluh pada Allah,

{Kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja.} (QS. Al-Baqarah: 61)

Al-Makmun kadang kala membaca sambil duduk, sesekali dengan berdiri, dan pada saat yang lain sambil berjalan. Dan karena itu pula ia pernah berkata, "Jiwa manusia itu sungguh sering kali jenuh."

{ (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring.} (QS. Ali 'Imran: 191)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa dalam beribadah pun manusia akan merasa jenuh. Oleh karena itu, maka Allah pun memberikan banyak pilihan bentuk dan cara beribadah kepada para hamba-Nya. Sebagaimana kita ketahui, Allah telah menetapkan pelbagai amalan hati, amalan lisan, amalan badan, dan ada amalan harta. Kita juga tidak hanya diwajibkan shalat, tetapi juga membayar zakat, menjalankan puasa, menunaikan haji dan ikut berjihad. Bahkan, dalam shalat pun kita tak hanya disuruh berdiri saja, tetapi juga ruku', berdiri, sujud, dan duduk.

Semua ini mengisyaratkan bahwa siapapun yang menginginkan kepuasan, semangat yang selalu baru dan produktivitas, maka ia harus pandai membagi waktunya. Yakni, ia perlu membagi waktu kapan ia harus bekerja, merenung, dan mencari hiburan. Dalam hal membaca pun, Anda perlu variasi; kapan Anda harus membaca al-Qur'an, tafsir, sirah Rasulullah, hadits, fikih, sejarah, sastra dan ilmu pengetahuan umum. Demikian pula dalam menjalankan kegiatan rutin harian, Anda harus dapat menentukan kapan waktu untuk beribadah, mencari hiburan, mengunjungi relasi, menerima tamu, berolahraga, dan berekreasi. Dengan begitu, niscaya jiwa Anda akan selalu merasa segar dan bergairah.

retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni

Kebahagiaan Para Sahabat Bersama Rasulullah s.a.w.



Rasulullah s.a.w. diutus kepada umat manusia dengan membawa pesan dakwah rabbaniyah dan tidak memiliki propaganda apapun tentang dunia. Maka, Rasulullah s.a.w. tak pernah dianugerahai gudang harta, hamparan kebun buah yang luas, dan tidak pula tinggal di istana yang megah. Dan saat pertama kali datang, hanya beberapa orang yang mencintainya saja yang bersumpah setia mengikuti ajaran yang dibawanya. Dan mereka tetap teguh memegang janji meski pelbagai kesulitan dan ancaman datang mendera. Begitulah, betapa kuatnya keimanan dan kecintaan mereka pada Muhammad s.a.w.; saat berjumlah sedikit, masih sangat lemah, dan nyaris selalu diliputi ancaman dari orang-orang disekitarnya, mereka tetap teguh mencintai Rasulullah s.a.w.Mereka pernah ada yang dikucilkan masyarakatnya, dipersulit jalur perekonomiannya, dicemarkan nama baiknya, dijatuhkan martabat dan kewibawaannya di depan umum, diusir dari kampungnya, dan disiksa bersama keluarganya. Meski demikian, kecintaan mereka terhadap Muhammad tak goyah sejengkalpun.

Diantara mereka, ada yang pernah dijemur di tengah padang pasir yang panas, dikurung dalam penjara bawah tanah, dan disiksa dengan berbagai cara. Namun demikian, mereka tetap mencintai Rasulullah s.a.w. Negeri, kampung halaman, dan rumah-rumah mereka pun pernah diperangi dan dirampas. Maka, mereka banyak yang harus bercerai berai dengan keluarganya, berpisah dengan kawan karibnya dan meninggalkan harta bendanya. Meski demikian, ternyata mereka tetap mencintai Rasulullah s.a.w.

Kaum mukminin seringkali mendapatkan cobaan saat menjalankan dakwah. Mereka tak hanya dibatasi ruang geraknya, tetapi kadang keluarga dan dirinya juga diancam akan dibunuh. Bahkan, ada kalanya dalam menjalan dakwah mereka harus rela dan sabar menanggung kesengsaraan dan penderitaan yang panjang. Namun, karena tetap berprasangka baik terhadap Allah, maka mereka pun tetap sangat mencintai Rasulullah s.a.w.. Tak sedikit pada sahabat muda Nabi s.a.w. yang tak sempat menikmati masa mudanya sebagaimana anak muda yang lain. Itu terjadi, karena mereka harus senantiasa ikut berperang di bawah bayang-bayang kilatan pedang musuh demi membela keyakinan dan kecintaan mereka pada Muhammad s.a.w.. Tentang mereka ini, sebuah syair mengatakan:

Kilatan pedang-pedang itu laksana bayangan bunga di kebun hijau, dan menebarkan bau wangi yang semerbak. Begitulah, pada masa itu setiap pemuda siap berangkat ke medan perang dan menjemput maut. Meski demikian, mereka tak gentar sedikitpun dan justru memandang perjuangan di medan perang itu laksana sebuah wisata atau pesta di malam hari raya. Dan itu, tak lain juga didorong oleh kecintaan mereka terhadap Rasulullah s.a.w.

Syahdan, seorang sahabat pernah diutus untuk masuk ke kandang musuh dan menghantarkan surat kepada mereka. Sahabat itu sadar bahwa kemungkinan dirinya dapat kembali lagi sangat kecil. Namun, ternyata ia tetap melakukan tugas itu. Ada pula seorang sahabat yang ketika diminta menjalankan suatu tugas, ia menyadari bahwa tugas itu adalah tugasnya yang terakhir. Namun ia tetap pergi dengan suka cita menjalankan tugas tersebut. Demikianlah, semua hal tadi mereka lakukan adalah karena kecintaan mereka yang besar terhadap Nabi Muhammad s.a.w.Mengapa mereka sedemikian rupamencintai Rasulullah s.a.w.? Mengapa mereka sangat bahagia dengan risalah yang dibawanya, merasa tenteram dengan manhaj-nya, sangat gembira menyambut kedatangannya, dan mampu melupakan semua rasa sakit, kesulitan, tantangan dan ancaman demi mengikutinya?

Jawabannya adalah karena mereka melihat pada diri Nabi Muhammad terdapat semua makna kebaikan dan kebahagiaan. Juga, tanda-tanda kebajikan dan kebenaran. Beliau mampu menjadi penunjuk jalan bagi siapa saja dalam pelbagai masalah besar. Bahkan, dengan sentuhan kelembutan dan kasih sayangnya beliau mampu memadamkan semua gejolak hati mereka. Dengan ucapannya, beliau mampu menyejukkan isi dada siapa saja. Dan dengan risalahnya, ia mampu menghangatkan ruh mereka.

Rasulullah s.a.w juga berhasil menancapkan kerelaan pada jiwa setiapsahabatnya. Maka, tak mustahil bila mereka tidak lagi pernah memperhitungkan pelbagai rintangan yang menghadang jalan dakwah mereka. Sebab, kokohnya keyakinan yang ada dalam dada mereka telah melupakan semua luka, tekanan, dan kesengsaraan itu.

Beliau berhasil meluruskan hati nurani mereka dengan tuntunannya, menyinari mata hati mereka dengan cahayanya, menyingkirkan unsur-unsur jahiliyah dari leher mereka, menghapuskan warna paganisme dari punggung mereka, menanggalkan semua kalung kemusyrikan dari leher mereka, dan memadamkan semua api kedengkian dan permusuhan dari ruh-ruh mereka. Dan lebih dari itu, beliau berhasil menuangkan air keyakinan ke dalam perasaan mereka. Karena itu, jiwa raga mereka menjadi tenteram, hati mereka senantiasa sejuk damai, dan otot-otot syaraf mereka selalu kendur dan mudah terkendali.

Ada banyak faktor yang membuat kecintaan para sahabat terhadap Rasulullah s.a.w. semakin besar. Diantaranya, saat bersama Rasulullah s.a.w." mereka senantiasa merasakan kenikmatan hidup, saat berada di dekatnya mereka merasakan hangatnya kasih sayang dan ketulusan hati, saat berada di bawah payung ajarannya mereka merasakan ketenteraman, dengan mematuhi perintahnya mereka mendapatkan keselamatan, dan dengan meneladai sunah-sunahnya mereka mendapatkan kekayaan batin.

{Dan, tidaklah Kami utus kamu kecuali menjadi rahmat bagi semesta alam.} (QS. Al-Anbiyr: 107)

{Dan sesungguhnya, kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.} (QS. Asy-Syura: 52) 

{Dan, (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya.} (QS. Al-Mi idah: 16)

{Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka Kitab dan Hikmah (asSunah). Dan sesungguhnya, mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.} (QS. Al-Jumu'ah: 2)

{Dan, membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.} (QS. Al-A'raf: 157)

{Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.} (QS. Al-Anfal: 24)

{Dan, kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu darinya.} (QS. Ali 'Imran: 103) 

Sungguh, mereka benar-benar menjadi orang yang bahagia dalam arti yang sebenarnya,saat bersama pemimpin dan suri tauladan mereka. Maka dari itu, sangatlah pantas bila mereka berbahagia dan bergembira.

Wahai malam yang menakutkan, tidakkah engkau kembali? zamanmu akan diguyur dengan hujan dari langit Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada si pembebas akal dari belenggu-belenggu penyimpangan, dan si penyelamat jiwa dari ketergelinciran itu. Karuniakanlah ridha-Mu kepada para sahabat yang mulia sebagai ganjaran atas apa yang telah mereka perjuangkan.

retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni

Mengendalikan Emosi


Emosi dan perasaan akan bergolak dikarenakan dua hal; kegembiraan yang memuncak dan musibah yang berat. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya aku melarang dua macam ucapan yang bodoh lagi tercela: keluhan tatkala mendapat nikmat dan umpatan tatkala mendapat musibah." 
 
Dan, Allah berfirman, {(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dan kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.} (QS. Al-Hadid: 23)

Maka dari itulah, Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya kesabaran itu ada pada benturan yang pertama." Barangsiapa mampu menguasai perasaannya dalam setiap peristiwa, baik yang memilukan dan juga yang menggembirakan, maka dialah orang yang sejatinya memiliki kekukuhan iman dan keteguhan keyakinan. Karena itu pula, ia akan memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan dikarenakan keberhasilannya mengalahkan nafsu. Allah s.w.t. menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang senang bergembira dan berbangga diri. Namun, menurut Allah, ketika ditimpa kesusahan manusia mudah berkeluh kesah, dan ketika mendapatkan kebaikan manusia sangat kikir. 

Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya. Itu karena merekalah orang-orang yang mampu berdiri seimbang di antara gelombang kesedihan yang keras dengan dan luapan kegembiraan yang tinggi. Dan mereka itulah yang akan senantiasa bersyukur tatkala mendapat kesenangan dan bersabar tatkala berada dalam kesusahan. Emosi yang tak terkendali hanya akan melelahkan, menyakitkan, dan meresahkan diri sendiri. Sebab, ketika marah, misalnya, maka kemarahannya akan meluap dan sulit dikendalikan. Dan itu akan membuat seluruh tubuhnya gemetar, mudah memaki siapa saja, seluruh isi hatinya tertumpah ruah, nafasnya tersengal-sengal, dan ia akan cenderung bertindak sekehendak nafsunya. Adapun saat mengalami kegembiraan, ia menikmatinya secara berlebihan, mudah lupa diri, dan tak ingat lagi siapa dirinya.

Begitulah manusia, ketika tidak menyukai seseorang, ia cenderung menghardik dan mencelanya. Akibatnya, seluruh kebaikan orang yang tidak ia sukai itu tampak lenyap begitu saja. Demikian pula ketika menyukai orang lain, maka orang itu akan terus ia puja dan sanjung setinggi-tingginya seolah-olah tak ada cacatnya. 

Dalam sebuah hadist dikakatan: "Cintailah orang yang engkau cintai sewajarnya, karena siapa tahu ia akan menjadi musuhmu di lain waktu, dan bencilah musuhmu itu sewajarnya, karena siapa tahu dia menjadi sahabatmu di lain waktu." Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, "Ya Allah saya minta pada-Mu keadilan pada saat marah dan lapang dada." Barangsiapa mampu menguasai emosinya,mengendalikan akalnya dan menimbang segalanya dengan benar, maka ia akan melihat kebenaran, akan tahu jalan yang lurus dan akan menemukan hakekat.

{Sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.} (QS. Al-Hadid: 25)

Islam mengajarkan keseimbangan norma, budi pekerti, dan perilaku sebagaimana ia mengajarkan manhaj yang lurus, syariat yang diridhai, dan agama yang suci.

{Dan, demikianlah (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan.} (QS. Al-Baqarah: 143)

Keadilan merupakan tuntutan yang ideal sebagaimana ia dibutuhkan dalam penerapan hukum. Itu terjadi, karena pada dasarnya Islam dibangun di atas pondasi kebenaran dan keadilan. Yakni, benar dalam memberitakan berita-berita Ilahi dan adil dalam menetapkan hukum, mengucapkan perkataan, melakukan tindakan dan berbudi pekerti. Dan,

{Telah sempurnalah kalimat Rabb-mu (al-Qur'an) sebagai kalimat yang benar dan adil.} (QS. Al-An'am: 115)

retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni


Seni Bergembira



Di antara kenikmatan terbesar adalah kegembiraan, ketentraman, dan ketenangan hati. Sebab, dalam kegembiraan hati itu terdapat keteguhan pikir, produktifitas yang bagus, dan keriangan jiwa. Kata banyak orang, kegembiraan merupakan seni yang dapat dipelajari. Artinya, siapa yang mengetahui cara memperoleh, merasakan dan menikmati kegembiraan, maka ia akan dapat memanfaatkan pelbagai kenikmatan dan kemudahan hidup, baik yang ada di depannya maupun yang masih jauh berada di belakangnya. Adapun modal utama untuk meraib kebahagiaan adalah kekuatan atau kemampuan diri untuk menanggung beban kehidupan, tidak mudah goyah oleh goncangan-goncangan, tidak gentar oleh peristiwa-peristiwa, dan tidak pernah sibuk memikirkan hal-hal kecil yang sepele. Begitulah, semakin kuat dan jernih hati seseorang, maka akan semakin bersinar pula jiwanya.

Hati yang cabar; lemah tekad, rendah semangat, dan selalu gelisah tak ubahnya dengan gerbong kereta yang mengangkut kesedihan, kecemasan, an kekhawatiran. Oleh sebab itu, barangsiapa membiasakan jiwanya bersabar dan tahan terhadap segala benturan, niscaya goncangan apapun dan tekanan dari manapun akan terasa ringan.

Kala seorang jelata dalam kesengsaraannya ringan baginya untuk mendaki gundukan lumpur Di antara musuh utama kegembiraan adalah wawasan yang sempit, pandangan yang picik, dan egoisme. Karena itu, Allah melukiskan musuh-musuh-Nya adalah sebagaimana berikut:

{Mereka dicemaskan oleh diri mereka sendiri.}

Orang-orang yang berwawasan sempit senantiasa melihat seluruh alam ini seperti apa yang mereka alami. Mereka tidak pernah memikirkan apa yang terjadi pada orang lain, tidak pernah hidup untuk orang lain, dan tidak pernah memperhatikan sekitarnya. Memang ada kalanya kita harus memikirkan diri kita sendiri dan menjaga jarak dari sesama, yaitu tatkala kita sedang melupakan kepedihan, kegundahan, dan kesedihan kita. Dan, itu artinya kita dapat mendapatkan dua hal secara bersamaan: membahagiakan diri kita dan tidak merepotkan orang lain.

Satu hal mendasar dalam seni mendapatkan kegembiraan adalah bagaimana mengendalikan dan menjaga pikiran agar tidak terpecah. Apalagi bila Anda tidak mengendalikan pikiran Anda dalam setiap melakukan sesuatu, niscaya ia tak akan terkendali. la akan mudah membawa Anda pada berkas-berkas kesedihan masa lalu. Dan pikiran liar yang tak terkedali itu tak hanya akan menghidupkan kembali luka lama, tetapi juga membisikkan masa depan yang mencekam. Ia juga dapat membuat tubuh gemetar, kepribadian goyah, dan perasaan terbakar. Karena itu, kendalikan pikiran Anda ke arah yang baik dan mengarah pada perbuatan yang bermanfaat.

{Dan, bertawakallah kepada Dzat Yang Maha Hidup dan tidak pernah mati.}
(QS. Al-Furqan: 58)

Hal mendasar yang tak dapat dilupakan dalam mempelajari cara meraih kegembiraan adalah bahwa Anda harus menempatkan kehidupan ini sesuai dengan porsi dan tempatnya. Bagaimanapun, kehidupan ini laksana permainan yang harus diwaspadai. Pasalnya, ia dapat menyulut kekejian, kepedihan, dan bencana. Jika demikian halnya sifat-sifat dunia, maka mengapa ia harus begitu diperhatikan dan ditangisi ketika gagal diraih. Keindahan hidup di dunia ini acapkali palsu, janji-janjinya hanya fatamorgana belaka, apapun yang ia lahirkan senantiasa berakhir pada ketiadaan, orang yang paling bergelimang dengan hartanya adalah orang yang paling merasa terancam, dan orang yang selalu memuja dan memimpikannya akan mati terbunuh oleh pedang waktu yang pasti tiba. 

Adakah kita generasi yang sama saja dengan moyangnya? penghuni negeri yang hanya melihat gagak sepanjang hidupnya, hingga kita selalu meratapi dunia, sedang di dunia tak ada sekumpulan manusia yang tak pernah berpisah Betapa nasib para durjana, kaisar-kaisar penguasa, dan penimbun harta, adakah harta dan jabatan mereka kekal dan masih ada di tangan
mereka? Barangsiapa merasa terhimpit oleh langit kehidupannya, dia akan terus merasa sesak sampai masukke dalam liang kuburnya seakan mereka tuli saat diseru, dan tak pernah tahu bahwa menasehati mereka itu boleh, boleh sekali

Dalam sebuah hadits disebutkan: "Sesungguhnya ilmu itu didapat hanya dengan belajar, dan kesabaran itu diperoleh hanya dengan latihan." Satu hal mendasar yang sangat penting diperhatikan adalah bahwa kegembiraan itu tidak datang begitu saja. Tapi, harus diusahakan dan dipenuhi segala sesuatu yang menjadi prasyaratnya. Lebih dari itu, untuk mencapai kebahagiaan Anda harus menahan dari hal-hal yang tak bermanfaat. Begitulah cara menempa jiwa agar senantiasa siap di ajak
mencari kebahagiaan. Kehidupan dunia ini sebenarnya tidak berhak membuat kita bermuram durja, pesimistis dan lemah semangat. Sebuah syair mengatakan: Hukum kematian manusia masih terus berlaku, karena dunia juga bukan tempat yang kekal abadi.

Adakalanya seorang manusia menjadi penyampai berita, dan esok hari tiba-tiba menjadi bagian dari suatu berita, ia dicipta sebagai makhluk yang senantiasa galau nan gelisah, sedang engkau mengharap selalu damai nan tenteram. Wahai orang yang ingin selalu melawan tabiat, engkau mengharap percikan api dari genangan air.

Kala engkau berharap yang mustahil terwujud, engkau telah membangun harapan di bibir jurang yang curam. Kehidupan adalah tidur panjang, dan kematian adalah kehidupan, maka manusia di antara keduanya; dalam alam impian dan khayalan Maka, selesaikan segala tugas dengan segera, niscaya umur-umurmu, akan terlipat menjadi lembaran-lembaran sejarah yang akan ditanyakan.

Sigaplah dalam berbuat baik laksana kuda yang masih muda, kuasailah waktu, karena ia dapat menjadi sumber petaka Dan zaman tak akan pernah betah menemani Anda, karena ia akan selau lari meninggalkan Anda sebagai musuh yang menakutkan dan karena zaman memang dicipta sebagai musuh orang-orang bertakwa.

Adalah suatu kenyataan yang terelakkan bila Anda tidak akan mampu menyapu bersih noda-noda kesedihan dari Anda. Karena bagaimanapun, memang seperti itulah kehidupan dunia ini tercipta.

{Kami telah menciptakan manusia dalam susah payah.} (QS. Al-Balad: 4)

{Sesungguhnya, Kami menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya.} {Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baikamalnya.} (QS. Al-Mulk: 2) 

Demikian penjelasan Sang Pencipta tentang tabiat dan dasar dari makhluk yang bernama manusia. Semua itu kenyataan. Maka, Anda hanya berkewajiban mengurangi dan bukan menghilangkan kesedihan, kecemasan dan kegundahan pada diri Anda. Sebab, kesedihan itu akan sirna bersama akar-akarnya hanya di surga kelak. Terbukti, dalam al-Qur'an disebutkan bahwa para penduduk surga akan ada yang berkata,

{Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.} (QS. Fathir: 34)

Ini merupakan isyarat bahwa kesedihan hanya akan tersapu bersih dari
seseorang tatkala ia sudah berada di surga kelak. Dan ini sama halnya dengan
nasib kedengkian yang tak akan benar-benar musnah kecuali setelah
manusia masuk surga.

{Dan, Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada di dalam hati mereka.}
(QS. Al-Hijr: 47)

Inilah dunia. Orang yang mengetahui apa dan bagaimana dunia, niscaya ia akan dapat menghadapi setiap rintangan dan menyikapi tabiatnya yang kasar dan pengecut itu. Dan kemudian, ia akan menyadari bahwa memang demikianlah sifat dan tabiat dunia itu.

Jika benar dunia seperti yang kita gambarkan di atas, maka sungguh pantas bagi orang yang bijak, cerdik serta waspada untuk tidak mudah menyerah pada kesengsaraan, kesusahan, kecemasan, kegundahan, dan kesedihan dalam hidupnya. Sebaliknya, mereka harus melawan semuanya itu dengan seluruh kekuatan yang telah Allah karuniakan kepadanya.

{Dan, siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu.} (QS. Al-Anfal: 60)

{Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh).} (QS. Ali 'Imran: 146)

retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni


Nikmatnya Ilmu Pengetahuan



{Dan, Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah itu sangat besar.} (QS. An-Nisa': 113)

Kebodohan merupakan tanda kematian jiwa, terbunuhnya kehidupan dan membusuknya umur.

{Sesungguhnya, Aku mengingatkan kepadamu supaya kamu tidak termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.} (QS. Hud: 46)

Sebaliknya, ilmu adalab cahaya bagi hati nurani, kehidupan bagi ruh dan bahan bakar bagi tabiat.

{Dan, apakah orang yang mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang berkali-kali tidak dapat keluar daripadanya?}(QS. Al-An'am: 122)

Kebahagian, kedamaian, dan ketentraman hati senantiasa berawal dari ilmu pengetahuan. Itu terjadi karena ilmu mampu menembus yang samar, menemukan sesuatu yang hilang, dan menyingkap yang tersembunyi. Selain itu, naluri dari jiwa manusia itu adalah selalu ingin mengetahui habhal yang baru dan ingin mengungkap sesuatu yang menarik. Kebodohan itu sangat membosankan dan menyedihkan. Pasalnya, ia tidak pernah memunculkan hal baru yang lebih menarik dan segar, yang kemarin seperti hari ini, dan yang hari ini pun akan sama dengan yang akan terjadi esok hari.

Bila Anda ingin senantiasa bahagia, tuntutlah ilmu, galilah pengetahuan, dan raihlah pelbagai manfaat, niscaya semua kesedihan, kepedihan dan kecemasan itu akan sirna.

{Dan, katakanlah: "Ya Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."} (QS. Thaha: 114)


{Bacalah dengan nama Rabb-mu Yang menciptakan.} (QS. Al-'Alaq: 1)

"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah akan pandaikan ia dalam agama." (Al-Hadits)


Janganlah seseorang sombong dengan harta atau kedudukannya, kalau memang ia tak memiliki ilmu sedikit pun. Sebab, kehidupannya tidak akan sempurna.

{Adakah orang yang mengetahui bahvuasanya apa yang diturunkan kepadamu itu benar sama dengan orang yang buta.} (QS. Ar-Ra'd: 19)

Az-Zamakhsyari, dalam sebuah syairnya berkata:

Malam-malamku untuk merajut ilmu yang bisa dipetik,
menjauhi wanita elok dan harumnya leher
Aku mondar-mandir untuk menyelesaikan masalah sulit,
lebih menggoda dan manis dari berkepit betis nan panjang
Bunyi penaku yang metiari di atas kertas-kertas,
lebih manis daripada berada di belaian wanita dan kekasih
Bagiku lebih indah melemparkan pasir ke atas kertas
daripada gadis-gadis yang menabuh dentum rebana
Hai orang yang berusaha mencapai kedudukanku lewat angannya,
sungguh jauh jarak antara orang yang diam dan yang lain, naik Apakah aku yang tidak tidur selama dua purnama dan engkau
tidur nyenyak, setelah itu engkau ingin menyamai derajatku
Alangkah mulianya ilmu pengetahuan. Alangkah gembiranya jiwa
seseorang yang menguasainya. Alangkah segarnya dada orang yang penuh
dengannya, dan alangkah leganya perasaan orang yang menguasainya.

{Maka, apakah orang yang berpegang teguh pada keterangan yang datang dari Rabb-nya sama dengan orang yang (setan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk dan mengikuti hawa nafsunya?} (QS. Muhammad: 14)


retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni

Nikmatnya Rasa Sakit



Rasa sakit tidak selamanya tak berharga, sehingga harus selalu dibenci. Sebab, mungkin saja rasa sakit itu justru akan mendatangkan kebaikan bagi seseorang. Bisanya, ketulusan sebuah doa muncul tatkala rasa sakit mendera. Demikian pula dengan ketulusan tasbih yang senantiasa terucap saat rasa sakit terasa. Adalah jerih payah dan beban berat saat menuntut ilmulah yang telah mengantarkan seorang pelajar menjadi ilmuwan terkemuka. la telah bersusah payah di awal perjalanannya, sehingga ia bisa menikmati kesenangan di akhirnya. Usaha keras seorang penyair memilih kata-kata untuk bait-bait syairnya telah menghasilkan sebuah karya sastra yang sangat menawan. Ia, dengan hati, urat syaraf, dan darahnya, telah larut bersama kerja kerasnya itu, sehingga syair- syairnya mampu menggerakkan perasaan dan menggoncangkan hati. Upaya keras seorang penulis telah menghasilkan tulisan yang sangat menarik dan penuh dengan 'ibrah, contoh-contoh dan petunjuk.

Lain halnya dengan seorang pelajar yang senang hidup foya-foya, tidak aktif, tak pernah terbelit masalah, dan tidak pula pernah tertimpa musibah.la akan selalu menjadi orang yang malas, enggan bergerak, dan mudah putus asa. Seorang penyair yang tidak pernah merasakan pahitnya berusaha dan tidak pernah mereguk pahitnya hidup, maka untaian qasidah-qasidah-nya hanya akan terasa seperti kumpulan kata-kata murahan yang tak bernilai.

Sebab, qasidah-qasidah-nya hanya keluar dari lisannya, bukan dari perasaannya. Apa yang dia utarakan hanya sebatas penalarannya saja, dan bukan dari hati nuraninya. Contoh pola kehidupan yang paling baik adalah kehidupan kaum mukminin generasi awal. Yaitu, mereka yang hidup pada masa-masa awal kerasulan, lahirnya agama, dan di awal masa perutusan. Mereka adalah orang-orang yang memiliki keimanan yang kokoh, hati yang baik, bahasa yang bersahaja, dan ilmu yang luas. Mereka merasakan keras dan pedihnya kehidupan. Mereka pernah merasa kelaparan, miskin, diusir, disakiti, dan harus rela meninggalkan semua yang dicintai, disiksa, bahkan dibunuh. Dan karena semua itu pula mereka menjadi orang-orang pilihan. Mereka menjadi tanda kesucian, panji kebajikan, dan simbol pengorbanan.

{Yang demikian jtu ialah karena mereka ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal salih. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.} (QS. At-Taubah: 120)

Di dunia ini banyak orang yang berhasil mempersembahkan karya terbaiknya dikarenakan mau bersusah payah. Al Mutanabbi, misalnya, ia sempat mengidap rasa demam yang amat sangat sebelum berhasil menciptakan syair yang indah berikut ini: Wanita yang mengunjungiku seperti memendam malu, ia hanya mengunjungiku di gelapnya malam 

Syahdan, an-Nabighah sempat diancam akan dibunuh oleh Nu'man ibn al-Mundzir sebelum akhirnya mempersembahkan bait syair berikut ini: Engkau matahari, dan raja-raja yang lain bintang-bintang tatkala engkau terbit ke permukaan, bintang-bintang itu pun lenyap tenggelam Di dunia ini, banyak orang yang kaya karena terlebih dahulu bersusah payah dalam masa mudanya. Oleh karena itu, tak usah bersedih bila Anda harus bersusah payah, dan tak usah takut dengan beban hidup, sebab mungkin saja beban hidup itu akan menjadi kekuatan bagimu serta akan menjadi sebuah kenikmatan pada suatu hari nanti. Jika Anda hidup dengan hati yang berkobar, cinta yang membara dan jiwa yang bergelora, akan lebih baik dan lebih terhormat daripada harus hidup dengan perasaan yang dingin, semangat yang layu, dan jiwa yang lemah.

{Tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu."} (QS. At-Taubah: 46)

Saya teringat seorang penyair yang senantiasa menjalani kesengsaraan hidup, menanggung cobaan yang tidak ringan, dan mengenyam pahitnya perpisahan. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia sempat melantunkan qasidah yang indah, segar, dan jujur. Dialah Malik ibn ar-Rayyib. Ia meratapi dirinya: Tidakkah kau lihat aku menjual kesesatan dengan hidayah dan aku menjadi seorang pasukan Ibnu Affan yang berperang Alangkah indahnya aku, tatkala aku biarkan anak-anakku taat dengan mengorbankan kebun dan semua harta-hartaku Wahai kedua sahabat perjalananku, kematian semakin dekat berhentilah di tempat tinggi sebab aku akan tinggal malam ini Tinggallah bersamaku malam ini atau setidaknya malam ini jangan kau buat lari ia, telah jelas yang akan menimpa Goreslah tempat tidurku dengan ujung gerigi dan kembalikan ke depan mataku kelebihan selendangku Jangan kau iri, semoga Allah memberkahi kau berdua dari tanah yang demikian lebar, semoga semakin luas untukku 

Demikianlah, ungkapan-ungkapannya demikian syahdu, penyesalan yang sangat berat diucapkan, dan teriakan yang memilukan. Itu semua menggambarkan betapa kepedihan itu meluap dari hati sang penyair yang mengalami sendiri kepedihan dan kesengsaraan hidup. Ia tak ubahnya seorang penasehat yang juga pernah merasakan apa yang ia ucapkan. Dan, biasanya, perkataan atau nasehat orang seperti itu akan mudah masuk ke dalam relung kalbu dan meresap ke dalam ruh yang paling dalam. Semua itu adalah karena ia mengalami sendiri kehidupan pahit dan beban berat yang ia bicarakan.

{Maka, Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).} (QS. Al-Fath: 18)

Jangan cela orang yang sedang kasmaran hingga belitan keras deritamu berada dalam derita dirinya
Saya banyak menjumpai syair-syair terasa sangat dingin, tidak hidup, dan tidak ada ruhnya. Itu, bisa jadi karena kata-kata yang teruntai dalam bait-bait tersebut bukan terbit dari sebuah pengalaman pribadi sang penyair, tetapi suatu dikarang dan direka-reka dalam aura kesenangan. Karya-karya
yang demikian itu tak ubahnya dengan potongan-potongan es dan bongkahan-bongkahan tanah; dingin dan tawar. Saya juga pernah membaca karangan-karangan yang berisi nasehat-nasehat yang sedikit pun tak mampu menggerakkan ujung rambut orang yang mendengarkannya dan tidak mampu menggerakkan satu titik atom pun dalam tubuhnya. Semua itu, tak lain karena nasehat-nasehat itu tidak terucap dari mulut seseorang yang langsung pernah mengalami dan menghayati sendiri suatu kesedihan dan kesengsaraan.

{Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya.} (QS. Ali 'Imran: 167)

Agar ucapan dan syair Anda dapat menyentuh hati pembacanya, masuklah terlebih dahulu ke dalamnya. Sentuhlah, rasakanlah dan resapilah niscaya Anda akan mampu memberikan sentuhan ke tengah masyarakat.

{Kemudian, apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.} (QS. Al-Hajj: 5)

retype by www.penjagaquran.blogspot.com
kitab : La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni

 free web counter Counter Powered by  RedCounter

About this blog

Semoga media ini bisa menambah timbangan amalku di akhirat kelak, Amiin Ya Rabbal 'alamiin. kirimkan kritik dan saran ke alamat penjagaquran@gmail.com

Buletin Jum'at

Fatwa Rasulullah

Doa dan Dzikir Rasululah SAW

Biografi Tokoh

1 day 1 ayat

Arsip Blog

Download


ShoutMix chat widget
The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di Dadaku