Kisah Inspiratif (terlebih lagi untuk akhwat)

ternyata inspirasi bukan lah sebuah hal yang sulit dicari, bahkan seorang dosen pun dapat membuat cerita yang begitu menginspirasi kami...

Waktu itu, sekitar tahun 2000, datang seorang mahasiswi kepada seorang dosen, dia menghampirinya dengan wajah yang muram, dan kemudian berkata, "Pak, beasiswa Program Magister dan Doktor saya lolos". Dan hanya itu saja kata2 yang keluar dari mulutnya, tanpa diikuti ekspresi apapun dari wajahnya... mengingat di luar sana berjuta - juta orang memimpikan pencapaian ini. Dan sang dosen tertegun, kemudia dia berkata, "Bagus donk dek, kamu bisa bikin bangga banyak orang, dan itu merupakan jalan hidup yang sangat baik. Lalu apa yang membuat kamu terlihat bimbang dek."


Akhirnya mahasiswi itu bercerita kepada sang dosen. "Pak, sekolah hingga S2 dan S3 merupakan cita-cita saya sejak kecil, ini adalah mimpi saya, tidak terbayangkan rasa bahagia saya saat memperoleh surat penerimaan beasiswa ini.... Tapi pak, saya ini akhwat, saya wanita, dan saya bahagia dengan keadaan ini.. Saya tidak memiliki ambisi besar, saya hanya senang belajar dan menemukan hal baru, tidak lebih.. Saya akan dengan sangat ikhlas jika saya menikah dan suami saya menyuruh saya untuk menjadi ibu rumah tangga.. Lalu, dengan semua keadaan ini, apa saya masih harus sekolah?? saya takut itu semua menjadi mubazir, karena mungkin ada hal lain yang lebih baik untuk saya jalani."


Pak dosen pun terdiam, semua cerita mahasiswinya adalah logika ringan yang sangat masuk akal, dan dia tidak bisa disalahkan dengan pikirannya... Dosen itu pun berfikir, memejamkan mata, menunggu Allah SWT membuka hatinya, memasukkan jawaban dari pertanyaan indah ini...


Dan jawaban itu datang kepadanya, masuk ke dalah ide nya.... Pak dosen berkata seperti ini kepada mahasiswinya.. "Dek, sekarang bertanyalah kepada hati kecil mu, apa dia masih menginginkan dirimu untuk melanjutkan pendidikan ini hingga puncak nanti.." .. Sang mahasiswi bingung, dia menunduk , air mata turun dari kedua matanya, seakan dia merasakan konflik hati yang sangat besar ... yang saling ingin meniadakan.. Dosen itu melanjutkan nasehatnya.. "Dek, saya ingin bertanya kepadamu, kapan pertama kali engkau berhadapan dengan seorang S3 dan mendapat ilmu darinya?" "Sejak saya kuliah di ITB , Pak." Jawab sang gadis. Kemudian dosen itu melanjutkan ,"Ya dek, betul, saya pun demikian, saya baru diajar oleh seorang lulusan S3 semenjak saya kuliah di kampus ini.. Tapi dek, coba adek fikirkan, bahwa saat engkau memiliki anak, maka orang pertama yang akan menyapih rambut anakmu adalah seorang lulusan S3. Orang yang pertama mengajaknya berjalan adalah seorang ilmuwan tinggi, dan sejak dia mulai membaca, dia akan dibimbing dan dijaga oleh seorang Doktor. Itulah peranmu sebagai ibu nanti, apakah engkau bisa membayangkan betapa beruntungnya anak manusia yang akan kau lahirkan nanti." Dan itulah jawaban Allah SWT melalui pak dosen.... Mahasiswi itu tersadar dari konflik panjangnya, dan ia tersenyum bahagia, sangat bahagia, air matanya menjadi air mata haru, dan ia berdiri, mengucapkan terima kasih nya kepada sang dosen, dan berkata , "Pak, terima kasih, akan saya lanjutkan pendidikan ini hingga tidak satupun puncak lagi yang menghalangi saya."


Betapa hidup itu sangat berarti, dan jadikan ia bermakna.. Bukan uang yang nanti akan membuatmu bahagia, tetapi rasa syukur mu lah yang akan menjadi kebahagiaan yang hakiki,.


Based on Dr. Hermawan Dipojono story... Lecture from Physics Engineering, ITB .


*copas dari

http://www.facebook.com/lukman.prananto?ref=ts#/lukman.prananto?v=app_2347471856&ref=ts

http://myquran.com/forum/showthread.php/3536-kisah-inspiratif-%28terlebih-lagi-untuk-akhwat%29

Wanita Karir atau Ibu Rumah Tangga ?

DEWASA ini, bila Anda memiliki seorang anak gadis, saudara perempuan yang beranjak dewasa, dan memasuki masa nikah, cobalah tanyakan kepada mereka, apakah opsi yang akan mereka pilih setelah mereka menikah nanti; menjadi seorang wanita (istri) yang bekerja meniti karier atau menjadi seorang ibu rumah tangga?

Kemungkinan besar opsi pert...ama akan menjadi opsi favorit mereka lantaran “profesi” ibu rumah tangga adalah sebuah status atau profesi yang kurang (atau bahkan tidak) menjanjikan secara materi dan kurang menantang di tengah tuntutan aktualisasi diri yang mereka butuhkan, apakah benar demikian?

Menjadi ibu rumah tangga? Ah, kalimat itu sering hanya sebagai kata-kata sinis bagi wanita-wanita sejawat jika menemui teman wanitanya yang tak meniti karier. Tapi jangan keliru, ibu rumah tangga tak seremeh yang Anda bayangkan. Ibu rumah tangga atau dikenal dengan istilah stay at home mom, homemaker pada hakikatnya justru adalah sebuah medan aktualisasi diri seorang wanita yang sungguh-sungguh membutuhkan ruh dedikasi yang cukup tinggi, betapa tidak? Seorang wanita dituntut untuk menunaikan sekian banyak tugas dan pekerjaan domestik dalam rentang waktu yang tidak mengenal batas, bahkan bisa dikatakan bahwa seorang ibu rumah tangga jauh lebih tangguh dan super ketimbang suaminya.

Di sebuah situs media, www.reuters.com, disebutkan bahwa setelah dilakukan survei kepada 18.000 ibu-ibu rumah tangga di Toronto, Kanada, mengenai daftar pekerjaan rumah tangga mereka sehari-hari seperti memasak, membersihkan rumah, merawat anak, mengurus keluarga, dan sebagainya. Maka sebuah perusahaan standar penggajian mendeskripsikan nilai, harga, gaji atas “pekerjaan” para kaum ibu ini bila mereka digaji atas pekerjaan mereka.

Di Kanada, dari sekian banyak tugas dan pekerjaan domestik seorang ibu rumah tangga jika digaji maka pendapatan per bulannya mencapai $124.000, bila dikurskan rupiah dengan kurs Rp 9.000/$ = Rp 1. 116.000.000 per bulan (baca: satu milyar seratus enam belas juta rupiah). Subhanalloh!

Jika sekian gaji yang harus diperoleh oleh seorang ibu rumah tangga maka hanya seorang suami yang CEO yang bisa memberinya uang bulanan atau minimal suaminya adalah seorang pemilik multi usaha yang sukses. Nominal tersebut tentu tidak bisa disebut sedikit dilihat dari standard negara manapun, hatta, negara paling modern dan maju sekalipun.

Perhitungan pendapatan/gaji tersebut dikalkulasi berdasarkan jenis dan jumlah pekerjaan yang mereka lakukan, serta kuantitas waktu yang mereka habiskan sehari-hari, maka nominal Rp 1,116 M. adalah nominal yang layak bagi mereka.

“Adalah sebuah kesalahpahaman yang sangat jamak jika pilihan seorang wanita untuk menjadi seorang ibu rumah tangga dianggap lebih mudah dan lebih ringan daripada menjadi seorang wanita karier (yang bekerja ) karena seorang ibu rumah tangga digambarkan hanya duduk manis di rumah, menonton TV sambil makan camilan,” kata Lena Boltos, seorang surveyor yang melakukan survey dan kalkulasi tersebut.

Ibu adalah Sekolah

Bahkan pada hakikatnya, dalam kacamata Islam, seorang ibu rumah tangga bertanggung jawab penuh atas banyak hal, mulai dari permasalahan domestik rumah tangga, seperti memasak, bersih-bersih, mengatur anggaran pembelanjaan, lebih-lebih merawat, dan mendidik anak. Problematika anak-anak pada masa kini jauh lebih kompleks dari yang diperkirakan.

Para ibu benar-benar menjalankan sebuah “bisnis” rumah tangga, jika arti kata “business’ dikembalikan kepada makna aslinya, (busy: sibuk).

Seorang penyair Arab mengatakan, “Al Ummu Madrosatul Ula, Idzaa A’dadtaha A’dadta Sya’ban Khoirul ‘Irq” (Seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa berakar kebaikan).

Kalimat ini sering menjadi ikon dalam dunia pendidikan Islam. Maka bukanlah sebuah hal yang berlebihan bila Islam sangat mendorong kaum perempuan agar senantiasa meningkatkan kualitas pengetahuannya demi terciptanya suasana yang kondusif bagi keluarga yang membagi peran mereka sesuai kodrat alamiah yang telah Allah Ta’ala gariskan.

Karenanya, adalah sangat keliru, jika para ibu masih merasa tak berharga dan menganggap dirinya tak memiliki nilai ketika menjadi ibu rumah tangga dan sibuk mengurus anak-anak mereka di rumah.

Wahai para ibu yang sibuk di rumah, Cheer up! Berbahagialah dan berbanggalah, ucapkan Alhamdulillah karena ternyata dan terbukti “karier” Anda sangat bernilai tinggi bila dibandingkan para wanita karier konvensional di mata dunia. Yakinlah, bahwa Anda jauh lebih bernilai dan ber”gaji” tinggi di mata Allah Ta’ala jika Anda niatkan khidmah Anda semata-mata ikhlas lillahi Ta’ala.Sebagai penutup, ada pesan mulia, dari Anas Radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Kaum wanita datang menghadap Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bertanya: “Ya Rasulullah, kaum pria telah pergi dengan keutamaan dan jihad di jalan Allah. Adakah perbuatan bagi kami yang dapat menyamai ’amal para mujahidin di jalan Allah?” Maka Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Barangsiapa di antara kalian berdiam diri di rumahnya maka sesungguhnya ia telah menyamai ’amal para mujahidin di jalan Allah.” (HR Al-Bazzar). [Ahmad Rizal/www.hidayatullah.com]

Penetapan Awal Ramadhan


Tanya :
Berkaitan dengan makin dekatnya bulan Ramadhan, sebagian kalangan telah menetapkan tanggal dimulainya puasa berdasarkan hisab. Sebagian lagi, menunggu ru`yah atau melihat hilal ( bulan ). Mohon penjelasan tentang masalah ini. Jazaakumullah Khairan.

Jawab :
Penetapan awal Ramadhan harus didasarkan pada ru`yah atau melihat bulan. Hal ini didasarkan sabda Rosulullah SAW, “ Berpuasalah kalian karena melihatnya ( bulan ), dan berbukalah karena melihatnya, “ ( HR. Bukhari ). Yang dimaksud dengan “ Ru`yah “ adalah melihat awal munculnya bulan. Ketentuan ini disepakati para ulama.

Lalu, mereka berbeda pendapat, pada situasi dimana bulan tertutup awan, sehingga tidak mungkin melakukan ru`yah pada waktu yang dibutuhkan. Dalam hal ini, mayoritas ulama berpendapat bahwa yang harus dilakukan adalah menggenapkan bulan Hijriyah menjadi 30 hari. Jika awan tertutupi pada awal bulan Ramadhan, maka yang digenapkan adalah bulan Ramadhan. Adapun jika awan tertutupi pada akhir bulan, maka puasa digenapkan menjadi 30 hari.

Pendapat lain, yang bersumber dari sebagian ulama salaf, seperti muththarrif bin syikhkhir ( salah seorang tabi`in senior ), dan diriwyatkan oleh Ibnu Suraij dari Syafi`I, jika seseorang mengikuti mazhab yang beradil dengan bintang dan perjalanan bulan ( dalam hal penetapan bulan ), lalu setelah ia menghitung dan yakin bahwa bulan itu telah terlihat meski ditutupi awan, maka ia boleh berpuasa dan puasanya sah.
Sebab perbedaan pendapat terletak pada memahami riwayat lain yang berbunyi : “ Berpuasalah kalian karena melihatnya ( bulan ), dan berbukalah karena melihatnya, maka jika kalian tertutupi awan maka tentukanlah untuknya.” Menurut mayoritas ulama, makna

Memakai Sanggul


Rasulullah SAW pernah ditanya tentang perempuan yang menikah, kemudian jatuh sakit hingga rambutnya rontok, lalu dia ingin menyambungnya.

Jawaban :
Rasululloh SAW bersabda : “Allah melaknat orang yang memakaikan sanggul dan orang yang minta dipakaikan.” (HR. Al-Bukhari - Muslim)

sumber : fatawa Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa sallam 
penulis : Ibnu Qayyim al-jauziah

Suami mati tapi belum menetapkan mahar


Rasulullah SAW pernah ditanya tentang seorang laki – laki yang menikahi perempuan, tetapi belum menetapkan mahar sampai ia meninggal dunia.

Jawaban :
Rasulullah SAW menetapkan bahwa perempuan itu mendapatkan mahar seperti perempuan – perempuan lain, harus beriddah dan berhak mendapatkan warisan (HR. Ahmad dan Ahlus Sunan), hadits ini disahkan oleh at-Tirmidzi dan lainnya.
 
sumber : fatawa Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa sallam 
penulis : Ibnu Qayyim al-jauziah

Menikahi perempuan yang ternyata hamil


Bushrah bin Aktam pernah bertanya kepada Rasulullah SAW : “Aku menikahi perempuan dalam tutupan (pakaiannya). Lalu aku mendatanginya, maka ternyata dia telah hamil.”

Jawaban :
Rasulullah SAW bersabda : “Mahar itu miliknya karena engkau telah halalkan kehormatannya, dan anaknya menjadi hamba miliknya. Jika dia telah melahirkan, cambuklah dia.” Lalu Rasulullah memisahkan keduanya. (HR. Abu Dawud)

Seorang perembuan masuk islam di zaman Nabi SAW, lalu menikah. Suatu hari datanglah suami yang pertama dan berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah masuk islam dan engkau tahu keislamanku.”

Jawaban :
Rasulullah SAW menariknya dari suami terakhir, dan mengembalikannya kepada suami pertama. (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)

sumber : fatawa Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa sallam 
penulis : Ibnu Qayyim al-jauziah

Larangan mengawini dua wanita bersaudara sekaligus


Fairuz ad-Dailami bertanya kepada Rasullulah SAW, “Aku telah masuk islam, dan memiliki dua istri yang bersaudara”

Jawaban :
Rasulullah SAW bersabda : “Ceraikanlah salah seorang dari dua istrimu yang kamu kehendaki.” (HR. Ahmad)

sumber : fatawa Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa sallam 
penulis : Ibnu Qayyim al-jauziah

Larangan menikahi wanita lebih dari empat


Qais bin harits masuk islam dan dia memiliki delapan istri, lalu menanyakan hal itu kepada Rasulullah SAW :

Jawaban :
Beliau menjawab : “Pilihlah empat diantara mereka”

Ketika Ghailan masuk islam, dia memiliki sepuluh orang istri, maka Rasulullah menyuruhnya memilih empat orang (HR. Ahmad)

sumber : fatawa Rasulillah Shallallahu 'alaihi wa sallam 
penulis : Ibnu Qayyim al-jauziah

 free web counter Counter Powered by  RedCounter

About this blog

Semoga media ini bisa menambah timbangan amalku di akhirat kelak, Amiin Ya Rabbal 'alamiin. kirimkan kritik dan saran ke alamat penjagaquran@gmail.com

Buletin Jum'at

Fatwa Rasulullah

Doa dan Dzikir Rasululah SAW

Biografi Tokoh

1 day 1 ayat

Arsip Blog

Download


ShoutMix chat widget
The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di Dadaku